Soal tabiat penduduk kawasan Hizaz, Ibnu Zubayr pun mengeluh karena mereka kerapkali bertidak kejam mengekspoitasi para peziarah haji. Banyak warga Hizaz yang menggunakan segala macam strategi untuk mengambil bekal dan uang para peziarah. Zubair pun mencatat bila punya pengalaman buruk terkait dengan perilaku ‘Amir Makkah.’
Saat itu, penguasa tanah Hijaz, yakni Sultan Salahuddin, sudah berusaha untuk mengurangi kesulitan para peziarah dengan menetapkan banyak ‘Amir ‘ (pemimpin perjalanan) sebagai petugas dengan memberikan imbalan yang diambil dari sebagian uang dan bekal para ziarah. Namun, para ‘Amir’ itu selalu lupa akan tugasnya dan terus menuntut para peziarah memberikan imbalan di luar ketentuan.
Dengan demikian, Zubiar pun kemudian melihat betapa para peziarah kerapkali dipakai sebagai sarana eksplotasi pendapatan yang sah para ‘Amir’. Meski begitu, Zubair kemudian melihat bila pengawasan Sultan Salahuddin terlambat tiba, maka para peziarah aya dari Andalusia terlihat mampu menjadi pengawas pengganti yang baik untuk para pemimpin atau ‘Amir’ perjalanan haji.
Ibnu Zubayr pun sempat punya pengalaman buruk ketika dia bersama dengan temannya ijadikan sebagai pelayanya yang disandera untuk menjamin pasokan gandum Mesir dan keuangan. Pengalaman kelam ini disebab Ibnu Zubayr saat itu pernah berkomentar kasar tentang kepercayaan orang Hijaz yang dianggap bayak melakukan pembid’ahan.
Melihat keruwetan itu, Zubari pun berharap bahwa tanah Hijaz mungkin lebih tepat diurus atau ditaklukan oleh dinasti Spanyol Muwahiddun/Almohads. Sebab, banyak praktik penduduk Hijaz yang malah menjadi ladang dosa serta berbagai praktik ajaran Islam yang sesat.
Meski begitu, Zubair pun mengaku masih mengekspresikan kemarahannya secara moderat. Katanya, tentu saja Amir Makkah kerap bertidak tidak adil, sebagai penguasa itu yang sudah banyak mendapatkan nasihat dari Sultan Salahuddin. Namun demikian bagaimanapun dia tetap keturunan Nabi Muhammad yang tetap harus dihormatinya.