Sabtu 07 Jan 2017 13:36 WIB

Ciri-Ciri Haji dan Umrah Mabrur

Ibadah haji
Foto: Reuters
Ibadah haji

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bogor, KH Ahmad Mukri Ajie,  mengemukakan,  ukuran kemabruran jamaah haji tidak terbatas pada ibadah yang dilakukan di Tanah Suci, tapi juga amalan yang dilakukan di Tanah Air. ''Ketika tiba di Tanah Air jelas harus ada reformasi atau pembaharuan kehidupan dalam dirinya,'' lanjut Ahmad.

Menurutnya, ciri-ciri orang yang hajinya mabrur antara lain, ada tidaknya keinginan dari jamaah untuk meningkatkan kualitas ilmu yang ia miliki. Jamaah haji sebenarnya dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas ilmu akidah, syariah, dan akhlak yang ia miliki.

''Ketika di Tanah Air pun ibadah vertikalnya kepada Allah menjadi semakin baik. Sedangkan komunikasi horisontalnya seperti sedekah dan infaknya juga menjadi semakin baik,'' papar Kiai Mukri yang juga ketua Jurusan Perbandingan Mahzab dan Hukum, Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Selain itu, lanjut Kiai Mukri, orang yang mendapatkan predikat mabrur dalam ibadah hajinya lebih banyak berzikir dan menghidupkan amalan-amalan sunahnya. ''Shalat dan puasa sunah terus ia tingkatkan dan segala ucapannya makruf serta menjadi contoh. Ia juga benci segala bentuk kemaksiatan,'' paparnya.

Melakukan pembinaan kepada para jamaah sepulang dati Tanah Suci untuk menjaga kemabruran haji yang diperoleh selama beribada, diungkapkan oleh Prof Dr KH Ahmad Satori Ismail, Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia.

Menurutnya, pembinaan secara rutin untuk menjaga nilai ibadah dan kemabruran yang kekal seumur hidup merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan ibadah mengaji bersama dengan kelompok pengajian agar sang haji dapat senantiasa mengingat bahwa ia merupakan salah satu ahli surga.

''Memang niat untuk menjaga kemabruran harus datang dari sendiri, tapi manusia terkadang lengah, atau tergoda oleh berbagai hal yang dapat menodai kehajiannya. Oleh karena itu, diperlukan kelompok pembinaan bersama dengan haji yang lain. Bukankah sudah menjadi kewajiban sesama Muslim untuk senantiasa saling menasihati dalam kebaikan?''  paparnya.

 

Pembinaan pasca ibadah haji yang dimaksudkan oleh Satori, dapat dilaksanakan mulai dari lingkungan rumah tinggal, dari mulai KUA, Kecamatan, atau dilakukan koordinasi antarwarga untuk melakukan pengajian secara rutin, satu, atau dua kali dalam sepekan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement