Rabu 08 Feb 2017 15:18 WIB

Membulatkan Tekad di Miqat

Rep: mgrol86/ Red: Agung Sasongko
Masjid Miqat atau dikenal dengan Masjid Ali Aaba, yang sering juga disebut Bir Ali.
Foto: arabnews
Masjid Miqat atau dikenal dengan Masjid Ali Aaba, yang sering juga disebut Bir Ali.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Ibadah haji memiliki makna luar biasa. Tahapan demi tahapan yang dijalani mengandung pesan di dalamnya.

Dalam bukunya DR.H.Briliantono M. Soenarwo dkk membahas tentang ritual haji sebagai terapi, setiap ritual ibadah haji berfungsi sebagai terapi kesehatan. Dimulai dari miqat, dimana calon haji memakai pakaian ihram dan melafazkan niat akan melaksanakan ibadah haji.

Di dahului dengan mandi besar yang menandakan bahwa semua kotoran yang melekat di tubuh dan yang tersembunyi di dalam hati harus dibersihkan. Lalu para calon haji mengganti mengganti pakaian harian mereka dengan dua helai kain putih yang tidak dijahit tepinya bagi laki-laki, atau memakai mukena untuk shalat bagi wanita.

Tidak ada yang dibawa kecuali yang dipakai, dan aturan-aturan haji yang ketat mulai berlaku bagi mereka sejak saat itu.  Miqat adalah memancangkan niat menghadirkan ketulusan dan keikhlasan. Kalau selama ini mereka terlalu banyak berpura-pura berbuat kebaikan dibarengi dengan rasa riya, tapi kali ini tidak bisa lagi. Allah tidak bisa dibohongi.

Dia Mahamengetahui mana yang pura-pura dan mana yang Ikhlas, Miqat adalah tempat membulatkan tekad sekaligus menanggalkan topeng yang menutupi wajah. Orang yang bertekad hanya akan meyembah kepada Allah adalah orang erdas secara spiritual, dia juga orang yang sehat hati, jiwa dan rohaninya.

Miqat mengingatkan manusia dari mana asal kejadian mereka. mereka berasal dari Tuhan yang Maha Esa, Allah Subhanahuwata’ala, mereka bukanlah siapa-siapa dihadapan Allah. oleh karena itu mereka hrus tunduk dan patuh sepenuhnya hanya kepada Allah yang telah menciptakan mereka. sebab suka atau tidak suka, ikhlas atau terpaksa, manusia akan kembali kepada Allah. Baik mereka yang menyembah Allah ataupun tidak, atau mereka yang patuh ataupun tidak. Semua manusia akan kembali kepada Allah.

“Hanya kepadaNyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. Dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.” (Qs. Yunus :4)

Membulatkan niat di miqat adalah kata lain dari tekad membara dan keinginan kuat untuk senantiasa melaksanakan apa yang Allah perintahkan dengan sekuat tenaga dan menjauhi apa yang Allah larang. Karena itu mereka menyambut panggilan Allah, melalui lisan Nabi Ibrahim berkali-kali dengan seruan.

“Kami datang ya Allah, kami datang memenuhi panggilan-Mu. Kami datang, ya Allah. tidak ada sekutu  bagi Mu. Sesungguhnya segala puja-puji dan segala kenikmatan juga kerajaan dan kekuasaan adalah milik Mu. Tidak ada sekutu bagi Mu.”

Begitulah mereka berseu dengan takzim. Di miqat pula hati seorang hamba hanya terpaut kepada Zat Yang Maha Tinggi dan Agung, Allah Subhanahuwata’ala. Semua pautan yang akan memberatkan langkah kakinya dan mengganggu kemesraanya berdekat-dekatan dengan Allah akan ditinggalkan. Anak, istri, jabatan, kekayaan dan lainnya dia tinggalkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement