IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Belum lama ini, pemerintah mengumumkan adanya rencana tambahan kuota jamaah untuk Indonesia di musim haji 2017 sebanyak 10 ribu jamaah. Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji Khusus (Himpuh) melihat, penambahan kuota haji tidak semudah itu dilakukan, terutama terkait infrastruktur haji di Arab Saudi.
Di Kota Mina misalnya. Tanpa adanya penambahan kuota, jamaah selalu 'diributkan' dengan sah atau tidaknya mabit di Mina Jadid. Ketua Umum Himpuh Baluki Ahmad mengatakan, ketika adan tambahan kuota, maka sebaiknya dilihat pula penyelenggraaanya.
"Kondisi akan semakin ramai dengan adanya tambahan kuota. Kalau tidak dipikirkan infrastruktur, pelayanan, dan lain-lain, apalagi kalau dilakukan tergesa-gesa, maka ini akan jadi bumerang," ujarnya kepada Republika.co.id, Senin (27/2).
Baluki menyarankan, pemerintah harus memperhatikan sejumlah aspek sebelum tambahan kuota direalisasikan. Dia sepakat, apabila ada penambahan kuota, yang penting berbagai aspek berkaitan dengan kebutuhan haji harus dipersiapkan dengan matang. Hal ini mengingat kuota normal saja, terutama yang haji reguler, sudah cukup besar.
Banyak pihak optimistis, tambahan kuota akan mempercepat antrean daftar tunggu haji. Namun menurut dia, menunggu daftar haji yang panjang adalah hal lumrah dan konsekuensi besarnya animo Muslim ke Tanah Suci.
"Tolong pikirkan, jangan hanya bicara tambahan kuota. Kalau Indonesia dikasih tambahan kuota, negara lain juga pasti nuntut. Saudi kalau ngasih tambahan kuota pasti akan melihat segala aspek," ujar Baluki.
Berdasarkan evaluasi haji tahun lalu, dia melihat, penyelenggaraan haji sudah semakin baik. Pemberian pelayanan terhadap jamaah haji juga sudah meningkat. Baluki pun berharap, penyelenggaraan haji pada tahun-tahun ke depan menjadi semakin baik dibanding sebelumnya.