Selasa 14 Mar 2017 11:11 WIB

Data BPS, Sandal di Raudah: Ujub Enyahlah Engkau!

Raudah di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Yogi Ardhi/ca
Raudah di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.

Oleh: Eko Oesman*

Seorang teman menitipkan bapaknya ke saya untuk bisa masuk ke dalam Raudhah di Masjid Nabawi. Masih ada waktu tiga puluh menit menjelang shalat Subuh. Sambil membimbing sang bapak, saya memulai ritual SOP tour guide. Di pintu masjid biasanya disiapkan kantong plastik untuk menyimpan sandal. Masjid harus dipastikan bersih.

Saya ambilkan satu kantong untuk si bapak. Tidak untuk saya. Di sini poinnya. Sebagai mantan petugas haji dua tahun yang lalu, muncul si-'ujub' alias kesombongan diri. Ah, ngapain! Tinggal diingat nomor rak sepatunya saja. Ribet amat. Yups. Tameng ujub terlepas, tak tahu tertinggal di mana. Alhamdulillah tugas saya membawa si bapak shalat di karpet hijau Raudhah itu berhasil. Tapi pulangnya saya lupa nomor rak sandal saya. Astaghfirullahaladziim. Langsung minta ampun kepada Allah. Pulang nyeker!

Kali kedua, seorang teman cemas karena lupa menitipkan kamera DSLR-nya di loker Masjidil Haram yang terdapat di halaman luar masjid. Sini! Kata saya sedikit pongah. Dalam hati, bro. Kamera saya gantungkan di leher lalu saya tutup dengan serban yang saya pakai. Tapi saya tidak tahu sepasang mata askar telah mengawasi gerak gerik saya. Bener saja, satu meter melangkah melewati pintu masuk, sang askar teriak.... “Haji!.. kamera... haram!” Saya balik kanan. Malu!

Cerita seorang teman yang ingin mengambil foto keluarganya di halaman Masjidil Haram. Ketika disodori kamera saku oleh sang adik, si kakak menolak. "Pakai yang ini dong, mahal, beli di Singapura lagi!" kata si kakak. Klik..klik.. kamera tidak berfungsi. Glek. Langsung sujud minta ampun. Allah langsung membayar kontan rasa sombong yang lupa ditinggal di Tanah Air. Tameng ujub di mana engkau?

Sejatinya manusia itu punya rasa sombong. Kenapa? Biasanya karena merasa bisa melakukan apa saja. Apakah hari ini Badan Pusat Statitsik (BPS) merasa serba bisa untuk melakukan semua pekerjaan pengumpulan data? Apakah BPS sombong? Ujub?

Yang jelas, kami tidak sombong kawan, japri seorang teman. Mungkin kami hanya lelah. Berkejaran dengan waktu. Berlari mengejar deadline.

Selamat pagi BPS-ku. Tetaplah semangat. Tetaplah tersenyum. Karena Allah tahu engkau tidak sombong. Kita hanya melaksanakan tugas negara. Hanya itu!

 

*Eko Oesman, Peneliti Badan Pusat Statistik (BPS).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement