Senin 27 Mar 2017 16:38 WIB

Fungsi Pagar Plastik Hijau di Masjidil Haram

Pagar pembatas plastik hijau di Masjidil Haram.
Foto: Ilham Bintang
Pagar pembatas plastik hijau di Masjidil Haram.

Oleh: H Ilham Bintang*

Pagar hijau dari bahan plastik amat familiar di Masjidil Haram, Mekkah. Biarpun bahan pagar itu terbuat dari plastik kosong, ringan, tetapi pagar hijau itu jadi momok bagi jamaah di Masjidil Haram. Terlambat masuk Masjid, Anda akan berhadapan dengan pagar hijau itu yang disusun menutup akses ke dalam Masjidil Haram.

Begitu pagar plastik ini dipasang dengan formasi menutup pintu masuk, berarti daya tampung masjid tidak lagi bisa menampung jamaah yang datang belakangan. Tidak ada kompromi dari petugas atau asykar  yang sepertinya sudah diset kaku, tegas. Mereka menjaga agar pagar ini tidak diterobos dan menghalau jamaah bila ada yang nekad memindahkannya.

Selain itu, pagar plastik hijau itu juga dipakai untuk pembatas di kiri kanan akses jalan dari pelataran terluar sampai pintu maksud Masjidil Haram. Jalan yang dibatas lebarnya 10 meter.

Itu maksudnya agar jamaah yang selesai shalat bisa melenggang dan terbebas dari tubrukan dengan jamaah yang salat di pelataran. Pagar hijau itu kemudian jadi alat penanda atau  indikator ketika dipasang dengan formasi menutup akses masuk mesjid. Pesannya:  jamaah silahkan cari saf untuk salat di pelataran mesjid yang luas.

Namun,  jangan salah! Meski hanya dapat tempat shalat di pelataran, namun kerapkali shalat di luar masjid yang mulia  itu malah lebih berkesan. Sebab, kerapkali dengan lokasi shalat di waktu Maghrib dan Isya di pelataran masjid  ini justru mebuat batin merasa sensasi baru yang lain dan itu malah terasa lebih nikmat.

Pemandangan temaram sore hari di mana  lampu-lampu mulai menyala menjadikan situasi terasa begitu syahdu. Apalagi, bila kebetulan sore itu yang bertindak sebagai imam shalat Syaikh Sudais yang di kala memimpin shalat Maghrib teramat gemar membaca rangkaian surat An Nuur di sekitar ayat ke 35.

Surat An Nuur ayat 35 yang menjadi salah satu surat favorit Syaikh Sudais itu berksiah tentang cahaya Allah yang menerangi alam semesta raya: ''Allah engkaulah cahaya langit dan bumi....Engkaulah Cahaya Maha Cahaya!".

Makkah 27 Maret 2017.

*H Ilham Bintang, Anggota Dewan Pers, Pimred Cek & Ricek.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement