Kamis 30 Mar 2017 16:32 WIB

Memahami Mabrur

Haji
Haji

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Mabrur merupakan predikat tertinggi dalam pelaksanaan ibadah haji. Namun, tidak mudah untuk mencapai predikat tersebut. 

tidak jarang setelah kembali ke Tanah Air kita menemukan  berbagai godaan dan cobaan. Akibatnya, tanpa disadari predikat mabrur yang telah dicapai lenyap begitu saja.

Disarikan Pusat Data Republika, berikut ciri orang yang hajinya mabrur :

Pertama, ibadah yang dilakukannya di Tanah Suci dia bawa ketika kembali ke Tanah Air, terutama dalam melaksanakan shalat lima waktu. Begitu mendengar azan atau bahkan sebelum azan terdengar, dia sudah bersiap-siap untuk melakukan shalat berjamaah.

Kedua, ia selalu berupaya menjaga lisannya agar jangan sampai menyakiti orang lain. Ketiga, dia menjadi hamba Allah yang dermawan. Baik dermawan dengan ilmunya, tenaganya, apalagi hartanya.

Keempat, haji yang mabrur selalu berusaha meninggalkan larangan Allah SWT dan tidak melakukan perbuatan yang sia-sia. 

Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bogor Dr KH Ahmad Mukri Ajie MA Mhi mengemukakan, ukuran kemabruran jamaah haji tidak terbatas pada ibadah yang dilakukan di Tanah Suci, tapi apa yang ia lakukan di Tanah Air. ''Ketika tiba di Tanah Air jelas harus ada reformasi atau pembaharuan kehidupan dalam dirinya,'' lanjut Ahmad.

Menurutnya, ciri-ciri orang yang hajinya mabrur antara lain, ada tidaknya keinginan dari jamaah untuk meningkatkan kualitas ilmu yang ia miliki. Jamaah haji sebenarnya dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas ilmu akidah, syariah, dan akhlak yang ia miliki.

''Ketika di Tanah Air pun ibadah vertikalnya kepada Allah menjadi semakin baik. Sedangkan komunikasi horisontalnya seperti sedekah dan infaknya juga menjadi semakin baik,'' kata Kiai Mukri yang juga ketua Jurusan Perbandingan Mahzab dan Hukum Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Selain itu, lanjut Kiai Mukri, orang yang mendapatkan predikat mabrur dalam ibadah hajinya lebih banyak berdzikir dan menghidupkan amalan-amalan sunnahnya. ''Shalat dan puasa sunnah terus ia tingkatkan dan segala ucapannya makruf serta menjadi contoh. Ia juga benci segala bentuk kemaksiatan,'' ujarnya.

Dalam buku Kumpulan Khutbah Haji Membangun Kemandirian Jamaah Haji yang ditulis oleh Ade Marfuddin dan Muhammad Wardah, Rasulullah saw menegaskan hakikat kemabruran haji yang menjadi dambaan setiap insan yang berangkat berhaji, yakni mendapatkan imbalan tertinggi berupa  surga. Dikatakan pula bahwa tanda-tanda haji mabrur adalah bertambahnya kebaikan dan tidak lagi melakukan kemaksiatan sepulangnya ke Tanah Air.

Dalam Hadits dari Jabir bin Abdillah ra, Rasulullah bersabda, ''Haji mabrur itu tidak ada pahalanya selain surga. Mereka berkata: Wahai Rasulullah, apakah birrul hajj (kebaikan yang timbul dari berhaji) itu? Beliau bersabda: ''Memberi makan (bersedekah) dan menebar kesejahteraan,'' dan ditakhrij oleh al-Mukhallish al-Dzahabiy: beliau berkata: ''Dan bertutur sapa yang santun, setara dengan menebar kesejahteraan.'' 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement