Selasa 04 Apr 2017 10:32 WIB

Dari Penuntun Unta Hingga Syekh Pelayan Haji

Jamaah haji tempo dulu menggunakan angkutan kapal laut (ilustrasi).
Foto: wordpress.com
Jamaah haji tempo dulu menggunakan angkutan kapal laut (ilustrasi).

"Mengapa Arab Saudi baru belakangan hari saja menjadi perhatian  dunia? Mengapa dari dulu negara ini juga tidak menjadi objek kolonialisasi barat, seperti halnya Nigeria, Al Jazair, Mesir, dan negara-negara Afrika Utara atau Arab lainnya?’’

Pertanyaan nakal ini dari seorang pengurus biro travel ini jelas membuat terkejut. Pertanyaan sangat mendasar karena negara tersebut memang baru dalam empat dekade terakhir menyedot perhatian dunia. Dan memanh, faktanya semenjak negara itu didirkan pada 1932 sampai awal 1970-an, Arab Suadi bukanlah negara yang dikenal. Nama Arab Saudi kalah kondang dengan Makkah dan Madinah yang semenjak dahulu kala menjadi pusat perhatian Muslim dari berbagai belahan dunia untuk melaksanakan ibadah haji.

Lalu apa jawabannya? Ternyata sederhana sekali. Dari semenjak dahulu hingga meledaknya harga minyak atau terkenal dengan ‘oil bom’ yang terjadi pada tahun 1970-an itu, sampai saat itu negara tersebut hidup dalam susana serba prihatin. Warganya masih menjalani kebiasaan hidup seperti secara turun temurun dari nenek moyangnya. Misalnya, orang Madinah menjadi petani dan orang Makkah berdagang.

Istilahnya bila sampai tahun 1970 orang di Jakarta sudah banyak naik mobil,saat itu orang di Makkah masih naik onta. Namun, pada 2000 ketika orang di Jakarta kebanyakan naik motor, orang di Makkah tak ada lagi yang naik unta. Bahkan, mereka ‘melompat kelas’  karena tak hanya sekedar naik mobil saja, tapi sudah naik mobil yang mewah. Bayangkan, hanya butuh satu generasi untuk menyulap negara tandus menjadi negara gemerlap dan kaya raya dan makmur!

"Sampai sebelum tahun 1970-an, warga Arab hidup sederhana. Warga Madinah hidup bertani dan warga Makkah menjadi pedagang. Bila musim haji mereka jadi pelayan bagi jamaah haji. Penduduknya banyak buta huruf. Sekolah tak menjadi hal penting bagi mereka. Pokoknya menyedihkanlah,’’ kata Ketua Umum HIMPUH Baluki Ahmad ketika mencoba menjawab  ‘pertanyaan nakal’ dengan menceritakan situasi Makkah hingga masa awal masa ‘booming mimual’ itu.

Menurut Baluki, suasana kota-kota di Arab sampai akhir 1970-an masih sangat sederhana. Masjidil Haram, Masjid Nabawi, juga belum banyak berubah. Kedua masjid ini masih merupakan bangunan peninggalan Kekhalifahan Otoman Turki. Daya tampungnya pun terbatas, berbeda sekali dengan situasi sekarang yang berubah menjadi bangunan masjid luas dan megah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement