Jumat 07 Apr 2017 06:14 WIB

Menikmati Pukauan Yerusalem di Awal April

Masjid Al-Aqsa
Foto: Istimewa
Masjid Al-Aqsa

Oleh: Medina Rahma*

Pada awal April ini, menjelang Ashar kami tiba Yerusalem. Udara terasa sejuk karena berada di kisaran suhu 14 derajat Celcius. Baju dingin yang kami kenakan cukup mampu menghangatkan badan. Jari-jari tangan urung menjadi beku karena terlindungi sarung tangan.

Wajah Yerusalem terasa sedikit gelap ketika bus kami berhenti di dekat kompleks Masjid al-Aqsa. Setelah turun dan menyeberang jalan kami kemudian masuk ke dalam bangunan seperti benteng yang dijaga tentara Israel dengan senjata lengkap.

Kami yang datang bersama rombongan tur backpacker Khafilah-Akbar My Vacation  kemudian masuk ke dalam lorong yang dipenuhi penjualan suvenir seperti gelang, tempelan kulkas, tas, kaus, buah-buahan seperti stroberi, delima, dan jeruk segar. Barang dagangan ditata rapi sepanjang  tepi lorong yang terbuat dari batu. Lorong cukup luas karena bisa dilalui dua arah, bahkan mobil pun bisa ikut melintas bersama pejalan kaki. Aneka macam roti jual di situ.

“Lima dolar saja. Lima dolar saja,’’ kata seorang perempuan berwajah Arab ketika menawarkan daganganya berupa tas yang terbuat dari kain dengan hiasan rendra bermotif sulur warna-warni. Dia ternyata berdagang bersama dua orang anaknya yang juga ikut menawarkan dagangan tas bertuliskan ‘Yerusalem’. Ketiga anak-beranak dengan gigih merayu para calon pembeli. Kali ini mereka menawarkan harga borongan 20 dolar As untuk lima buah tas.

"20 dolar lima tas. Murah murah. Ayo bapak ibu. Beli, beli,” katanya dengan bahasa Indonesia yang fasih. Di situ saya tersadar bahwa hampir semua pedagang di kompleks Masjidil al-Aqsa ternyata bisa berbahasa Indonesia. Mereka langsung tahu dan segera mengganti bahasa percakapan Arab atau Inggrisnya dengan bahasa Indonesia, ketika melihat rombongan manusia mungil khas Asia seperti kami muncul di tempat dagangnya. Namun, kami terus melintas karena memang belum waktunya untuk berbelanja.

Dan, teriakan pedagang itu terus mengiringi langkah kaki kami hingga sampai ke dekat pintu gerbang Masjid Al Aqsa. Lagi-lagi kami pun harus bertemu dengan petugas keamaan Israel yang bersenjata lengkap itu. Namun, kami tidak diperiksa cuma sedikit dipelototin saja. Mereka memperhatikan secara seksama wajah dan barang bawaan kami satu persatu. Meski begitu tak ada satu pun tas anggota rombongan yang diminta mereka untuk dibuka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement