Rabu 03 May 2017 12:30 WIB

'Duyung Kembar' di Tepi Laut Merah

Pelabuhan Jeddah masa kini menjadi salah satu tujuan wisata Arab Saudi (Ilustrasi)
Foto: Arabiansupplychain.com/ca
Pelabuhan Jeddah masa kini menjadi salah satu tujuan wisata Arab Saudi (Ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, "Jeddah bakal memiliki kawasan wisata pantai terbesar di Timur Tengah," kata Victorio Terzinni. Banyak jamaah agak kaget mendengar cerita General Manager Dallah Hotel & Resort tersebut. Apalagi, dia menambahkan, bahwa di kompleks itu bakal berdiri hotel, resor, dan aneka fasilitas lain seperti pertokoan dan mal, yang tak kalah menarik dibandingkan dengan kawasan serupa di negeri-negeri tropis.

Terzinni tak sekadar mengumbar janji. Jika Anda melihat langsung resor dan kota tepi pantai bernama Durrat Al Arus di Tepi laut Merah tersebut, Anda akan berdecak kagum. Sulit membayangkan, bagaimana kawasan yang semula padang pasir, disulap menjadi kawasan hijau yang memikat. Lebih dari itu, kawasan pemukiman yang dibangun tak hanya bernuansa Saudi Arabia, tetapi beraneka nuansa dari berbagai negara.

Durrat Al Arus--dapat di-Indonesia-kan menjadi 'Duyung Kembar'--merupakan perpaduan antara cita rasa Saudi Arabia dengan dinamika yang berkembang. Memperhatikan arsitektur dan lanskap kawasan, tentu dengan mudah akan menemukan rumah khas Maroko, Mesir Kuno, Andalusiana, Spanyol bahkan rumah Melayu yang biasa ditemukan di Malaysia. Rumah dengan arsitektur modern maupun rumah-rumah kuno yang banyak bertebaran di Riyadh juga bisa ditemukan. Rumah-rumah ini bertebaran di tepi pantai, maupun di tiga pulau yang disambung dan bentuknya mirip huruf M terbalik.

Sekalipun masing-masing rumah berada dalam blok-blok tersendiri, dan masing-masing rumah didukung taman yang disesuaikan dengan arsitektur masing-masing rumah, suasana Arab Saudi masih tetap melekat. Ini, misalnya, tercermin dari boulevar yang memisahkan blok satu dengan blok lainnya. Atau, pagar-pagar tinggi--dan menutup rapat halaman depan rumah--di semua bangunan.

Sekalipun di bagian depan tertutup rapat, bahkan dilengkapi dengan ruangan khusus penjaga rumah, di bagian belakang setiap rumah dibiarkan terbuka. Ada dermaga kecil--dari kayu--untuk setiap rumah. Gasebo dan kolam renang mini melengkapi teras belakang masing-masing rumah. Tak ada tanah terbuka baik di bagian depan maupun belakang setiap unit rumah, semua tertutup taman dengan beraneka tanaman.

Terzinni, menyebut Durrat Al Arus sebagai proyek pemukiman terintegrasi. Selain fasilitas pendukung untuk para pemukim, seperti mal dan pasar, kawasan ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas dasar yang lazim tersedia dalam sebuah kawasan pemukiman. Dia mengaku, menyediakan aneka fasilitas untuk memenuhi kebutuhan para pemukim di situ. "Untuk memenuhi kebutuhan, penghuni Durrat Al Arus tak perlu pergi ke Jeddah lagi," katanya.

Berseberangan dengan kompleks pemukiman itu, Dallah mengembangkan kawasan wisata bahari dan sentra olahraga bahari. Ada Marina yang mampu menampung 320 yachts, serta sejumlah dermaga pendukung untuk kapal-kapal pesiar. Blok marina ini dilengkapi dengan fasilitas bengkel dan toko suku cadang, pusat kebugaran, fasilitas olahraga darat seperti tenis dan kolam renang, pelataran parkir yang mampu menampung ratusan mobil, serta 91 unit apartemen.

Di samping kanan Marina, terdapat blok Taman Aqua dan arena permainan untuk segala umur. Victorio mengatakan, arena permainan ini dirancang tanpa meninggalkan konsep-konsep tradisional Saudi Arabia. Taman Aqua, disebutnya, menyediakan berbagai macam hiburan bahari untuk berbagai kelompok usia. Dia menjanjikan dimensi keamanan fisik amat diperhatikan sekali.

Tepat di tengah Durrat Al Arus, berdiri pusat pelayanan publik. Di tempat itu berdiri kantor pemerintah, kantor polisi, klinik kesehatan, pusat pengelola dan perawatan kawasan, serta kantor pelayanan telepon. Pengembang juga menyediakan hal multi fungsi, kompleks pertokoan dan pasar untuk melayani kebutuhan pengunjung maupun para pemukim di Durrat Al Arus. Dallah masih melengkapi kawasan itu dengan arena pacuan kuda--salah satu olahraga khas yang sangat digemari warga Saudi Arabia. Ada juga padang golf dan fasilitas olahraga lain.

Dallah, yang juga mengelola puluhan hotel, juga akan membangun sebuah hotel berbintang lima di kawasan tersebut. Amwaj, nama hotel itu, memiliki 200 kamar dan 50 cottages. Semua kamar dirancang untuk memiliki pandangan bebas ke Laut Merah. Tak mengherankan, jika sebagian besar dinding kamar memanfaatkan kaca tembus pandang.

Durrat Al Arus, sekalipun bukan proyek pertama, kabarnya menjadi proyek kebanggaan Dallah Albaraka. Sebelumnya Dallah telah membangun kota baru di tepi pantai di berbagai negara, di antaranya Mesir, Tunisia dan Italia. Setelah Durrat Al Arus, Dallah juga membangun proyek serupa di Lebanon.

***

Durrat Al Arus berdiri di atas lahan sekitar dua juta meter persegi. Masih sekitar 4,5 juta meter pesegi lagi lahan yang akan dikembangkan di kawasan itu. Tahap awal pembangunan yang dimulai 1994, Durrat Al Arus rampung pertengahan 1996. Kawasan ini pun dibuka untuk umum mulai Agutus 1996.

Boleh jadi, Durrat Al Arus jauh lebih lengkap dibandingkan dengan resor di pulau Bintan, yang dikembangkan Indonesia dan Singapura. Bila dibandingkan dengan proyek yang ada di Jakarta, Durrat Al Arus merupakan gabungan antara Taman Impian Jaya Ancol dengan Water Front City milik kelompok sang Pelopor di Pantai Indah Kapuk, ditambah dengan kompleks mal yang ada di Lippo Kawaraci.

Pada mulanya, agak sulit membayangkan, apa mungkin Saudi Arabia, yang dikenal sebagai negeri padang pasir, memiliki resor dan wisata pantai. padahal resor selalu identik dengan kawasan yang serba hijau di tepi pantai berpasir putih. Pertanyaan yang kemudian muncul, kalau toh ada tanaman, bagaimana mereka mendapatkan air untuk menyiram secara rutin.

Namun mengamati langsung Durrat Al Arus, Anda hanya bisa menggelengkan kepala. "Kami menyiapkan sekitar 3.000 batang pohon kurma," kata Victorio. Pohon kurma setinggi 3 meter setiap batang itu, kabarnya didatangkan dari Madinah. Kawasan itu juga bakal dihijaukan dengan rumput dan tanaman lain. Di sepanjang jalan kompleks ini, sudah ditanami berbagai aneka bunga dan rumput--sebagian diantaranya didatangkan dari negara-negara di sekitar Saudi Arabia.

Durrat Al Arus rupanya telah memperhitungkan segalanya. Untuk kebutuhan air, misalnya, tersedia fasilitas penjernihan air laut. Dengan kapasitas sekitar tiga juta liter per detik, fasilitas ini mampu mencukupi kebutuhan air untuk mereka yang bermukim di kawasan itu. Termasuk untuk menyirami tanaman yang ada di atasnya dan keperluan lain.

Kota baru ini--kalau boleh menyebut demikian--lokasinya sekitar 40 km dari Kota Jeddah. Untuk mencapainya, bisa digunakan kendaraan darat dengan lama perjalanan sekitar 30 menit. Dari Jeddah, kita bisa menggunakan jalan menuju Madinah. Jalannya bagus dan lebar, kendaraan tak begitu ramai. Namun, sejak dari Jeddah, kita hanya menikmati suasana pinggiran kota Jeddah yang khas. Yakni hamparan padang pasir dan pemukiman yang terpencar-pencar. Ketika sampai di kawasan Zahban, sekitar 10 kilometer menjelang Durrat Al Arus, kita sesekali akan menemukan pemukiman penduduk asli Saudi Arabia.

Sekalipun terkesan amat mewah, Terzinni menolak anggapan bahwa Durrat Al Arus disiapkan untuk mereka yang berkantung tebal. "Proyek ini untuk semuanya," papar Terzinni. Dia menambahkan, kawasan ini dikembangkan untuk kelompok berpendapatan rendah, menengah maupun tinggi dari semua bangsa.

Pilihan arsitektur rumah, tampaknya tak lepas dari citra Islam yang ingin ditancapkan dalam resor tadi. Victorio mengakui, bahwa konsumen Muslim menjadi sasaran utama megaproyek yang digarapnya. Mereka tak terbatas pada penduduk Timur Tengah dan kawasan Arab lain. "Kami berharap bisa menjaring peminat dari Asia dan Pasifik," katanya. Kelompok terakhir ini, disebutnya sebagai kelompok pontensial.

Durrat Al Arus juga dirancang untuk menampung jamaah haji yang ingin meneruskan kunjungan di Arab Saudi. Menyusul ada kebijakan, jamaah haji boleh memperpanjang masa tinggal tiga hari selepas menjalankan ibadah haji. Karena itulah, sejak awal kawasan tadi dirancang sebagai kawasan Islami. "Tak akan ada alkohol atau hal-hal yang dilarang syariat Islam di sini," katanya.

Di sisi lain, Dallah memang ingin membidik warga Muslim sebagai sasaran utama. Daripada mereka berlibur di negeri lain, kenapa tidak di sini saja. Selain fasilitas yang tersedia lengkap, mereka yang menikmati Durrat Al Arus tak lagi ragu-ragu dengan apa saja yang tersedia di kawasan itu.

sumber : Disarikan dari Pusat Dokumentasi Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement