Sabtu 17 Jun 2017 11:28 WIB

Pilih Pondokan Haji di Makkah yang Dekat atau Jauh dari Masjidil Haram?

Kemacetan Makkah selama musim haji
Foto: greenprophet.com
Kemacetan Makkah selama musim haji

"Hotel atau pondokan hajimu nanti di mana ketika di Makkah? Dapat yang jauh dari Masjidil Haram atau yang dekat?"

Pertanyaan tersebut dipastikan akan mengemuka pada masa persiapan haji sekarang ini. Pertanyaan ini makin banyak muncul ketika persiapan haji sudah mendekati periode akhir. Para jamaah calon haji akan sibuk mencari letak pondokan mereka. Dan para petugas haji harus bisa menerangkannya dengan baik.

Pondokan haji yang dekat Masjidil Haram itu memang jadi harapan banyak calon haji. Namun benarkah posisi dekat itu mengenakan atau membuat leluasa pergi shalat berjamaah setiap waktu? Jawabannya: Belum tentu!

Mengapa demikian? Sebab, faktanya yang ‘dikatakan dekat’ belum tentu nyaman. Harap diingat sedekat-dekatnya pondokan haji reguler, setidaknya jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari pinggir kawasan Masjidil Haram. Sekali lagi dari pinggir atau batas terluar dari masjidil haram. (Beda dengan ONH Plus yang menempati hotel yang berada di halaman Masjidil Haram)

Nah, harus dipahami, jarak dari pinggir kawasan Masjidil Haram menuju pusat masjidnya ternyata masih menyisakan jarak yang cukup jauh. Apabila bagi jamaah lanjut usia maka dipastikan akan melelahkan ketika harus setiap waktu nekad bolak-balik pergi ke Masjidil Haram ke pondokan karena ingin selalu shalat lima waktu di dekat Ka’bah.

Sebetulnya jarak pondokan dekat dengan Masjidil Haram bisa menjadi ancaman kebugaran jamaah yang serius bila tidak bijak menyikapinya. Sebab, tidak bisa membayangkan bila kebetulan jamaah yang berada di ring satu (atau dekat Masjidil Haram) namun usianya sudah berumur dan tidak sehat, nekad pergi ke Masjidil Haram dengan jalan kaki di atas pukul 09.00 pagi. Maka dipastikan akan kelelahan dan terkena dehidrasi akut!

Boleh saja, jarak pondokan ke Masjidil Haram terkesan dekat. Apalagi menara jam atau sinar cahaya jam menara itu  di malam hari, terlihat sangat jelas. Tapi bila ada orang tua yang nekad jalan kaki maka dipastikan akan ‘ngos-ngosan’. Dada makin terasa seperti pecah ketika harus berjalan cepat karena sudah dikejar waktu shalat yang sudah dekat.

Bukan hanya itu, perjalanan terasa semakin berat, karena kondisi jalanan Makkah itu naik turun. Ingat di zaman dulu, sebelum ada pembangunan Kompleks Masjidil Haram yang besar-besar, Ka’bah itu berada dalam cekungan yang dikitari oleh pegunungan. Alhasil, sebelum sampai di Masjidil Haram seorang pejalan kaki harus berjalan sedikit mendaki. Di sinilah jarak pondokan boleh terasa dekat, namun memayahkan bila ingin di jalani dengan selalu berjalan kaki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement