Pernah dengar istilah 'DL'? Derita Loe atau derita kamu. Mudah-mudahan bukan termasuk kategori sebuah ujaran kebencian. Menjadi petugas survei kepuasan jamaah haji Indonesia memiliki kebanggaan tersendiri.
Singkirkan dulu istilah Abidin, Haji Atas Biaya Dinas karena yang akan dibahas bukan itu tapi suka dan dukanya. Lha apa hubungannya DL dan petugas haji? Apakah se-menderita itu? Jujur, dibalik tantangannya, lebih banyak sukanya. Beneran deh. Lalu apa saja tantangannya?
Pertama, tuntutan bahwa angka Indeks Kepuasan Jemaah "kudu naik". Ini menjadi PR besar Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Kementerian Agama. Artinya, kalau indeks kepuasan jamaah naik, akan memberi pesan bahwa kinerja PHU kinclong di mata masyarakat.
Demikian sebaliknya, maka beragam ujaran kritik akan mampir ke Pak Dirjen dan jajarannya. Peran petugas survei BPS menjadi penting dalam kasus ini. Nama besar BPS dipertaruhkan. Bayangkan, sejak tahun 2010 lalu saat survei ini dilaksanakan, baru tahun 2016 lalu indeks mencapai angka tertinggi. Tujuh tahun lho pak dan bu haji?. Berat.
PHU putut bangga, bertahun-tahun melakukan inovasi perbaikan, dampaknya baru terasa tujuh tahun kemudian. Butuh pergantian tiga Dirjen. Pokoknya luar biasalah. Kenapa bangga? Angka Indeks itu murni diperoleh tanpa "kongkalikong" dengan BPS. Tidak pernah sekalipun kami, petugas survei BPS mendapat tekanan harus memberi warna biru untuk rapornya PHU. Merah katakan merah, biru katakan biru.
Prof Abdul Jamil yang menjadi komandan PHU, hingga pensiun tidak pernah sekalipun merayu, menekan apalagi memberikan fasilitas berlebih untuk petugas BPS. Sebagai mantan Kepala Balitbang beliau sadar betul independensi BPS. Catat ya Bro dan Sis?