Rabu 26 Jul 2017 06:26 WIB

63 Persen dari Total Jamaah Haji Indonesia Berisiko Tinggi

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dwi Murdaningsih
Tenda jamaah haji di Arafah
Foto: suadigazette.com
Tenda jamaah haji di Arafah

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan sekitar 63 persen dari total jamaah haji yang menunaikan ibadah haji tahun ini berisiko tinggi. Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Jusup Singka mengatakan, jamaah haji yang disebut berisiko tinggi ketika kondisinya bisa membuat tubuhnya menurun atau menganggu orang lain.

Ia mencontohkan orang yang stres bisa membuat rombongan atau jamaah lain terganggu. Ia menyebut ada tiga golongan jamaah. Pertama, jamaah yang menggunakan gelang merah yaitu jamaah lanjut usia yang berumur 60 tahun keatas. Kedua gelang hijau yaitu orang yang sudah berumur tetapi sehat. Ketiga gelang kuning yaitu jamaah muda namun dia sakit.

"Sementara yang diklasifikasikan berisiko tinggi yaitu dia sakit seperti jantung dan paru-paru yang bisa membuat kondisinya menurun,"ujarnya saat konferensi pers mengenai kesiapan mudik Kemenkes 2017, di Jakarta, Selasa (25/7).

Untuk mengantisipasi hal ini, pihaknya telah mengirimkan 268 petugas haji termasuk tenaga kesehatan. Proporsinya, kata dia, satu dokter dan dua perawat yang disebut mampu menangani 450 pasien.

"Selain itu kami juga menyediakan3.680 obat atau sebanyak 57 ton.Seluruh obat tersedia baik hipertensi, jantung, vitamin untuk sekitar 221 ribu jamaah," katanya.

Pihaknya juga menyediakan cairan untuk berjaga jika ada jamaah yang membutuhkan cairan akibat terkena heat stroke atau wabah kolera yang saat ini tengah terjadi di Yaman yang merupakan negara tetangga Arab Saudi. Namun ia meminta supaya jamaah utamanya yang berisiko tinggi menjaga pola hidup, kesehatan agar tidak sakit.

Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Wiendra Waworuntu mengatakan, ada beberapa penyakit yang harus diwaspadai jamaah selama beribadah. Diantaranya polio, MERS-CoV, hingga meningitis. Namun, kata dia, sebenarnya sebelum berangkat ke Tanah Suci, setiap jamaah harus mendapat vaksin seperti meningitis untuk menjegah hal buruk terjadi. Ia meminta baiknya jamaah juga memiliki obat yang dibawa sendiri.

"Ini karena bisa dikendalikan dari diri sendiri," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement