Jumat 04 Aug 2017 22:20 WIB

Seorang Kakek Jual Rumah untuk Naik Haji

Rep: Muhyiddin/ Red: Ilham Tirta
Jamaah Calon Haji asal Garut bergegas menaiki pesawat pada keberangkatannya di Bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang, Banten, Kamis (8/3).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Jamaah Calon Haji asal Garut bergegas menaiki pesawat pada keberangkatannya di Bandara Soekarno-Hatta, Tanggerang, Banten, Kamis (8/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membutuhkan perjuangan berat untuk bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah. Bahkan, ada jamaah haji yang rela menjual tanah ataupun rela menjual rumah untuk menunaikan ibadah wajib yang bisa dilakukan bagi yang mampu ini.

Seperti halnya kakek asal Kebumen, M Taufik, yang harus menjual rumah untuk bisa bertamu ke rumah Allah. Ia rela menjual rumahnya di kampung halamannya untuk naik haji bersama istrinya.

Setelah puluhan tahun berjuang, akhirnya kakek berusia 76 tahun ini bisa menunaikan ibadah haji tahun ini bersama 388 jamaah lainnya yang ikut dalam kloter ke-17 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Ia akan terbang ke tanah suci dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia di Bandara Soekarno Hatta pada Jumat (4/8), malam.

Sebelum berangkat, Kakek Taufik tampak menunaikan shalat ashar di Masjid Al Mabrur Asrama Haji Pondok Gede. Dengan memakai batik berwarna biru, ia tampak khusuk melaksanakan shalat, lalu dilanjutkan dengan berdzikir.

Republika.co.id segera menghampiri kakek yang telah mempunyai 20 cucu tersebut saat ia keluar masjid. Ia mengaku sangat senang melaksanakan jamaah haji tahun ini. Karena, menurut dia, untuk naik haji memang membutuhkan perjuangan yang keras.

"Saya harus berjuang mengumpulkan uang dan akhirnya bisa daftar pada 2011 dan sekarang baru dapat panggilan. Alhamdulillah, bisa berangkat sama ibu berdua. Jadi begitulah, saking syukurnya saya tidak punya pikiran apa-apa," ujar Kakek Taufik kepada Republika.co.id di Masjid Al Mabrur, Asrama Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (4/8) sore.

Di waktu muda, Kakek Taufik harus bekerja menjadi tukang bangunan serabutan. Hasilnya ia kumpulkan untuk merekontruksi rumah yang ada di kampungnya di Kebumen. Karena sangat ingin naik haji, pada tahun 2011, ia pun menjual rumah tersebut dengan harga Rp 75 juta.

Setelah itu, ia langsung mendaftarkan uang tersebut bersama istrinya. "Jadi dulu kalau ada rejeki itu cuma untuk membetulkan rumah. Kalau rumahnya udah bagus dijual. Jadi rumahnya yang di kampung gak kepakek, jadi dijual Rp 75 juta waktu tahun 2011. Habis itu langsung mendaftar sama istri," kata kakek yang kini tinggal di daerah Cawang, Jakarta Timur ini.

Istri Kakek Taufik, Boinem (66), turut merasa senang bisa berangkat ke tanah suci tahun ini. Nenek Boinem sendiri berasal dari Prambanan, Yogyakarta. "Dikabulkan oleh Allah keinginannya. Jadi aku senang banget udah," kata  Taufik.

Taufik mengaku tidak mempunyai harapan apa-apa pada saat melaksanakan ibadah di Makkah nanti. Ia hanya ingin menjadi haji mabrur. Ia pun berdoa kepada Allah agar diberikan kesehatan sampai kembali lagi ke Indonesia.

"Saya gak punya harap apa-apa. Cuma tenang dan jadi haji mabrur doang. Udah gak ada pikiran apa-apa. Senang lah ibadah bisa terlaksana dan saya mudah-mudahan sehat sampai berangkat dan kembali," jelasnya.

Tidak hanya Taufik, Kakek Sujito (77 tahun) juga membutuhkan perjuangan yang sangat lama untuk bisa menunaikan ibadah haji tersebut. Karena kakek yang sudah mempunyai 7 cucu ini juga harus menabung dari hasil uang pensiunan. "Perjuangannya berat Pak. Tapi akhirnya kita dapat pengumuman 22 Mei kemarin," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement