IHRAM.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika.co.id, Ani Nursalikah
Saat akan memasuki kompleks Masjid Nabawi di Madinah Al Munawwaroh, Arab Saudi di pintu 21-22, jamaah akan disambut pertama kali oleh sebuah menara jam. Letaknya persis di tengah kedua pintu itu. Tingginya sekitar 50 meter. Dia berada di bundaran, kira-kira jaraknya 10 meter dari pintu 21 Masjid Nabawi.
Menara dibangun dari marmer berwarna merah jambu. Empat jam bundar berada di tiap sisi menara berbentuk kotak ini. Sekeliling jam dilapisi warna emas dengan angka romawi. Di menara paling atas terdapat kubah kecil.
Menara jam ini dikellilingi pagar sehingga pengunjung atau jamaah tidak bisa memasukinya. Ada undakan bertingkat di dalamnya, seperti untuk tempat air mancur.
Menara jam ini berdiri gagah di tengah. Hotel-hotel mewah pencakar langit berbintang empat dan lima bagaikan mengepung menara ini. Selain hotel, di sekeliling menara juga banyak toko-toko yang menjual aneka kebutuhan perawatan tubuh, toko emas, kedai penjual makanan dan oleh-oleh asli buatan Madinah.
Banyak jamaah menyebut monumen ini dengan Menara Jam Burung. Sebutan itu disematkan karena banyaknya burung dara yang beterbangan dan mencari makan di sekitarnya.
Jumlahnya ribuan. Mereka menghinggapi setiap bagian menara. Bahkan hingga ke jalan sekitarnya. Atap-atap hotel pun tak luput jadi tempat pijakan burung dara berwarna abu-abu tersebut. Sekilas, tampak burung-burung tersebut bagaikan karpet yang tebal.
Spot ini menjadi favorit jamaah untuk berfoto bersama, swafoto atau mengabadikan gambar monumen tersebut. Ada juga yang asyik memberi makan burung.
Untuk membeli pakan burung, tak perlu khawatir. Pakan burung berupa beras, jagung, kacang hijau dan biji-bijian lain dijual seharga lima riyal satu kantung plastik. Perempuan dan anak-anak Afrika menjajakan pakan burung dengan berteriak-teriak kepada orang di sekitarnya.
Mengenali penjaja ini sangat mudah. Pakaian mereka berwarna mencolok kontras dengan jamaah haji yang umumnya mengenakan pakaian berwarna putih, hitam atau krem. Yang anak-anak kerap bertelanjang kaki. Di suhu yang berkisar 44-47 derajat Celsius, ketahanan mereka saya acungi jempol!
"Five riyal, five riyal," kata mereka.
Nyatanya bujukan mereka itu membuahkan hasil. Ada saja jamaah yang membeli. Jamaah Indonesia di Madinah juga ada yang membeli. Seorang ibu bahkan memberikan topi lebar yang ia pakai kepada seorang anak Afrika penjaja pakan burung.
Tukang sapu berseragam hijau selalu siap sedia membersihkan sisa-sisa pakan burung. Sapu dan pengki bergagang panjang tidak lepas dari tangan mereka.
Tidak semua pakan burung yang disebar jamaah dan pengunjung habis dimakan burung. Lebih banyak yang terbuang menjadi sampah dan mengotori kawasan depan Masjid Nabawi.
Keluarga dengan anak-anak sangat menyenangi berada di sekitar menara jam. Anak-anak dengan riang berlarian mengejar burung, dan orang tua pun sibuk mengabadikan tingkah polos bocah-bocah itu.
Sebagian besar mencari momen untuk foto saat dikelilingi burung-burung. Pengunjung perlu menungggu beberapa saat, sebab begitu didekati manusia, burung-burung ini akan beterbangan ke segala arah.