Kamis 10 Aug 2017 21:02 WIB

Pengakuan Dokter Kloter yang Merawat Slamet

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Ilham Tirta
Calon haji, Slamet bin Torye di Madinah.
Foto: Republika/Ani Nursalikah
Calon haji, Slamet bin Torye di Madinah.

IHRAM.CO.ID, MADINAH -- Sebuah status Facebook unggahan Abu Nancy menjadi viral setelah menulis mengenai seorang jamaah haji asal Jember, embarkasi Surabaya kloter 27 bernama Slamet bin Torye. "Nama Bapak Slamet bin Torye asal Jember (kloter 27) dan beliau menderita stroke dan sekarang berada di Hotel Al-Mukhtarah Tower. Selama sampai di Madinah baru sekali pergi ke masjid dan itu pun ditelantarkan di luar masjid dan di bawah terik matahari. Tolong diviralkan agar Bapak Slamet ini agar diperhatikan oleh petugas PPIH," tulisnya.

Menanggapi itu, dokter kloter, Gini Wuryandari menjelaskan cerita sebenarnya. Dia mengatakan, sejak di embarkasi di Tanah Air, Slamet tergolong jamaah berisiko tinggi. Di kloter tersebut ada empat jamaah yang menggunakan kursi roda, yaitu satu perempuan dan tiga laki-laki, termasuk Slamet. Mereka disatukan dalam satu bus.

"Saya dan ketua kloter satu bus dengan yang berkursi roda," katanya saat ditemui di Sektor 4 Madinah, Kamis (10/8).

Slamet menempati kursi bisnis di pesawat yang ruang kakinya lebih lega. Gini dan ketua kloter masih mendampingi. Namun, Slamet enggan makan jika tidak disuapi istrinya. Orang disampingnya kemudian setuju bertukar kursi dengan istri Slamet, Juwariyah Sino.

Sesampainya di Madinah, Gini terus mendampingi jamaah berkursi roda karena mereka harus menggunakan lift. Menurut Gini, saat di imigrasi mereka didahulukan.

"Saat naik bus diantar oleh PPIH Bandara, tapi di hotel lepas dari kursi roda sehingga digendong petugas sampai ke kamar hotelnya. Ada tiga petugas yang mendampingi," ujarnya.

Gini mengatakan, kesehatan Slamet dalam kondisi stabil karena buka jamaah yang baru mengalami stroke sehingga ia dinilai sehat untuk melakukan haji. Slamet telah 3,5 tahun terakhir menderita stroke.

Namun, karena dia menggunakan kursi roda sehingga membutuhkan pendamping. Sang istri yang menjadi pendamping juga telah berusia lanjut sehingga tidak kuat jika harus mendorong Slamet ke Masjid Nabawi untuk melakukan arbain (shalat 40 waktu). "Tensinya normal, 110," katanya.

Gini mengaku setiap hari mengunjungi Slamet. Kunjungan biasanya dilakukan ketika jamaah sedang shalat dzuhur di Nabawi, jadi biasanya mereka jarang bertemu jamaah lain. "Karena jamaah jumlahnya ada 400, sedangkan dokter kloter hanya satu dengan dua perawat," ujarnya.

Menanggapi pemberitaan tentang Slamet yang viral di Tanah Air, dokter di RSUD Jember ini mengaku shock. Namun, ia tetap fokus menjalankan tugas.

Anggota Perlindungan Jamaah (Linjam) Sektor 4, Daker Madinah, Serka Alpan Arbudi yang menemani tim Media Center Haji saat mengunjungi Slamet mengatakan, dia tersinggung jika dibilang PPIH tidak mengurus jamaah karena setiap hari jamaah sakit ini selalu diperhatikan petugas haji. "Saya yang setiap hari mengantarkan Pak Slamet ke Masjid Nabawi. Tadinya dia ngotot tetap shalat lima waktu ke Nabawi untuk mengejar arbain, tapi setelah dijelaskan, Pak Slamet nggak ngotot lagi," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement