Rabu 16 Aug 2017 09:43 WIB

Ini yang Harus Diperhatikan Saat Menyembelih Hewan Kurban

Rep: Ali Yusuf/ Red: Bilal Ramadhan
Peternak menawarkan kambing miliknya kepada pedagang hewan kurban yang mulai berdatangan di Pasar Hewan, Ngawi, Jawa Timur, Rabu (9/8).
Foto: ANTARA FOTO
Peternak menawarkan kambing miliknya kepada pedagang hewan kurban yang mulai berdatangan di Pasar Hewan, Ngawi, Jawa Timur, Rabu (9/8).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Perayaan Idul Adha yang diakhiri dengan memotong hewan berkaki empat akan segera tiba. Ada beberapa faktor yang mesti diperhatikan panitia pemotongan hewan kurban saat penyembelihan dan setelah penyembelihan.

Direktur Halal Center Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Nanung Danar Dono menjelaskan, untuk mengatakan ada tiga area yang mesti diperhatikan setelah hewan kurban disembeli.

"Tiga area yang dapat dicek untuk memastikan apakah hewan kurban sudah mati atau belum adalah dengan mengecek salah satu dari tiga refleksnya, yaitu refleks mata, refleks kuku, dan refleks ekor,"kata Nanung lewat keterangan tertulisnya yang diterima Republika.co.id, Rabu,(16/7).

Nanung menuturkan, untuk mengecek refleks mata yaitu dengan menggunakan ujung jari untuk menyentuh pupil mata. Jika masih bereaksi atau berkedip, artinya sarafnya masih aktif dan hewannya masih hidup. Namun jika sudah tidak bereaksi lagi, maka artinya hewan mati.

Untuk mengecek refleks ekor sebagai salah satu tempat berkumpulnya ujung-ujung saraf yang sangat sensitif. Setelah hewan disembelih dan diam saja, jagal disarankan menekan atau memijat batang ekornya. Jika ia masih bereaksi, itu artinya sarafnya masih aktif dan hewannya masih hidup.

"Jika hewan tidak bereaksi ketika dipencet-pencet batang ekornya, artinya ia sudah mati," jelas Nanung yang juga dosen pada Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Fapet UGM.

Selanjutnya ada mengecek refleks kuku sebab hewan sapi, kerbau, unta, kambing, dan domba adalah hewan berkuku genap (ungulata). Di antara kedua kuku kaki hewan-hewan tersebut, terdapat bagian yang sangat sensitif.

"Tusuk pelan bagian itu menggunakan ujung pisau yang runcing. Jika masih bereaksi, artinya hewannya masih hidup. Namun, jika diam saja, artinya ia sudah mati," jelas dia.

Nanung mengatakan, sering ditemui panitia kurban yang tidak sabar menunggu hewan benar-benar mati. Sehingga, saluran yang menghubungkan antara otak dan jantung (spinal cord) diputus agar hewan cepat mati.

Nanung menuturkan secara teori kematian hewan saat disembelih misalnya darah memancar dari leher depan karena jantung memompa darah keluar. Jantung memompa darah karena ada perintah dari otak. Ketika kabel antara otak dan jantung diputus, hubungan otak dan jantung otomatis akan terputus sehingga jantung tidak dapat memompa darah secara maksimal.

"Ketika darah tidak keluar secara maksimal, maka akan menjadi timbunan bakteri yang sangat banyak. Akibatnya, daging akan cepat membusuk," katanya.

Selain memerhatikan tiga refleks tersebut, kata Nanung panitia kurban harus diperhatikan juga bahwa dalam menyembelih hewan ternak harus memotong tiga saluran pada leher bagian depan. Karena proses penyembelihan yang benar harus memotong tiga saluran, yaitu saluran nafas (kerongkongan), saluran makanan (tenggorokan), dan pembuluh darah (arteri karotis dan vena jugularis).

Setelah penyembelihan Nanung juga menjelaskan bahwa perlu juga dipahami penanganan sebelum dan sesudah penyembelihan. Sebelum menyembelih, katanya, pastikan bahwa pisau sudah diasah setajam mungkin. Amati kondisi visual ternak seperti postur, keadaan wajah (khususnya mata), lubang hidung, dan saluran reproduksi.

“Penting juga untuk mengistirahatkan ternak sebelum disembelih. Hewan yang stress karena kelelahan atau ketakutan akan mengakibatkan kualitas daging menjadi turun,” ujar Nanung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement