IHRAM.CO.ID, Setiap tahun selama ratusan tahun, jutaan umat Islam dari seluruh dunia menunaikan seruan haji. Mereka pergi ke Makkah untuk melaksanakan salah satu dari lima pilar utama Islam, yang harus dilakukan setidaknya sekali dalam seumur hidup.
Mereka biasanya akan menghabiskan tabungan hidup mereka dalam perjalanan ini. Mohammed Rashid, seorang warga Emirat tidak yakin berapa banyak yang dihabiskannya, saat dia pergi bersama keluarganya, yang merupakan keluarga pedagang.
Makkah yang dulu adalah tempat yang berbeda. Ia lebih bergunung-gunung, tidak ada gedung pencakar langit, berserakan rumah-rumah tradisional di sepanjang padang pasirnya.
Pergi berhaji punya banyak sekali risiko. Mulai dari penyakit, kebakaran, hingga pemberontakan. Perjalanan ke kota suci penuh dengan kesulitan dan bahaya, termasuk perampok dan para penipu.
Para peziarah zaman dulu tiba dengan berjalan kaki. Mereka melintasi padang pasir dengan keledai dan unta. Kemudian mulai ada transportasi modern, mereka mulai tiba di bus dan di pelabuhan dengan kapal kargo.
Jalan-jalan dibuka dan dimodernisasi di seluruh Kerajaan Saudi pada 1970-an. Perjalanan udara masih sangat terbatas hanya untuk mereka yang sudah biasa bergelimang kemewahan.
Pembukaan resmi bandara internasional Jeddah baru dilakukan pada 1981. Sementara terminal haji Bandara Internasional Abdulaziz sudah beroperasi pada 1970-an. Bandara tersebut hanya mengoperasikan 486 pesawat dalam 24 jam, rata-rata satu pesawat terbang tiba setiap tiga menit.
"Anda akan melihat orang-orang tidur di jalanan dekat Masjid Al Haram karena tidak banyak hotel dan orang tidak mampu menyewanya," kata Rashid. Masjid Agung yang menampung Ka'bah adalah tempat orang-orang berdoa, tawaf dan tidur.