Jumat 25 Aug 2017 09:54 WIB

Mengenang Gedung Transit Haji di Naseem Jeddah

Gedung bekas penampungan haji di kawasan Naseem, Jeddah
Foto: saudigazette.com
Gedung bekas penampungan haji di kawasan Naseem, Jeddah

Bagi para peziarah yang datang ke tanah suci pada tahun 1950-an, pasti kenal dengan bangunan yang dulu di kenal sebagai tempat penampungan atau singgah bagi jamaah yang hendak menunakan haji setelah tiba di Jeddah. Tempat itu dikenal sebagai Madinatul Al Hajjaj atau pusat akomodasi haji.

Gedung itu (lihat gambar dii atas) kini terlihat sepi. Padahal dahulu setiap kali datang musim haji maka area gedung yang didirkan oleh Raja Abdulaziz Al Saud dan berada di ‘jantung kota’ Jeddah, selalu penuh dengan aktivitas manusia serta hiruk-pikuks

Gedung tersebut kala itu melayani dua layanan pokok untuk para jamaah haji, yakni layanan jasa untuk transit ketika jamaah hendak pergi ke Madinah dan Makkah. Sedangkan layanan lainnya adalah sebagai sarana untuk memenuhi pasokan air ke kota Jeddah.

Raja Abdulaziz membangun akomodasi peziarah ini pada tahun 1950. Lokasinya di dekat pelabuhan, karena pelabuhan Jeddah kalau itu merupakan gerbang utama bagi masuknya jamaah haji asal luar Saudi Arabia dan kawasan Timur Tengah.

Mengingat momen nostalgia, ekspatriat senior Saudi, Rafi Fazalbai, mengatakan kepada Saudi Gazette bahwa, "Saat itu adalah momen yang menawan dan menyenangkan di tahun 1958 ketika saya menghabiskan sebagian besar waktu saya di akomodasi peziarah untuk membantu mereka."

Dikatakannya, meski periode transit tidak bertahan lebih dari 24 jam, kawasan itu selalu ramai, kebanyakan ramai dengan pengunjung yang akan berhaji beserta para pemandu dan pembantu rombongan hajinya.

"Sebagian besar peziarah yang bearada di sini berasal dari Mesir, Sudan dan dari India dan Pakistan yang baru dipartisi," tambahnya.

Ketika jamaah haji mulai datang ke tanah suci dengan naik pesawat udara, maka bangunan tambahan kemudian didirkan. Ini adalah untuk melayani peziarah dari Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.

Saat itulah lembaga Ayeen Aziziah, kemudian mengalokasikan sebuah tempat untuk menampung para peziarah tersebut. Situs bangunan tersebut, berada di distrik Naseem dekat Sharafiya di Jalan Raja Khalid, Jeddah. Lokasi ini diperuntukan untuk peziarah yang datang lewat udara, karena bandara Jeddah saat itu berada tak jauh, bahkan bersebelahan dengannya.

Pada tahun 1958 untuk pertama kalinya lima bangunan yang masing-masing terdiri dari tiga lantai dibangun untuk menampung 2.000 peziarah. Setelah itu dibangun dua tambahan gedung lainnya yang nantinya dipakai sebagai kantor Saudi Arabian Airlines.

Seiring bertambahnya jumlah peziarah, perluasan bangunan kembal dilakukan dan pada tahun 1978. Kali ini  kapasitas akomodasi ini ditingkatkan menjadi puluhan kali lipat, hingga mampu untuk menampung lebih dari 30.000 peziarah  haji.

Namun, di kemudian hari bangunan-bangunan itu mulai kehilangan keunggulannya seiring dengan dibukanya Bandara Internasional King Abdul Aziz yang saat ini berada di bagian utara kota pada tahun 1981. Meski begitu, untuk beberapa lama, bangunan tersebut masih digunakan karena jamaah haji Indonesia biasa menginap di beberapa bagian bangunan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement