Senin 28 Aug 2017 08:11 WIB

Catatan Hamka Naik Haji pada 1950

Buya Hamka
Jamaah haji tahun 1951 di atas Kapal Rotterdam lloyd menuju Makkah.

Pada kesempatan perjamuan di Istana tanggal 8 Dzulhizah Hamka melukiskan acara makan itu dengan ironi tajam, apalagi amat kritis terhadap puji-pujian kelewat muluk yang dialamatkan oleh beberapa pujangga kepada Raja Abdulaziz. Katanya, ini tidak sesuai dengan adat dan sejarah kita. Tulisnya:”tanah kita tidak tanah fedolal.”

Di bagian akhir buku ia kembali meninjau keadaan Arab Saudi yang mendadak kaya dengan minyak, tetapi kekayaan ini digunakan golongan pemimpin untuk kesenangan sendiri, sedangkan rakyat dibiarkan melarat.

Di atas kapal, Hamka mengaku menghadai banyak masalah tingat pendidian para jamaah yang umumnya rendah. Kebanyakan jamaah adalah orang dusun yang tidak mempunyai kesadaran kesehatan dan tidak mengindahkan aturan apa pun. Kalaupun dipasang rambu, tidak dibaca. Kalau dibaca, tidak dimengerti. Ada yang membuang air di mana-mana, ada yang merokok di palka, ada laki-laki mandi telanjang di kamar mandi wanita: Mereka tidak mengenal disiplin, hanya tunduk kepada perintah dan kekuasaan.

Pada saat itu Hamka juga mengamati kepolosan sementara jamaah haji yang naif danmudah ditipu dan tidak mampu membedakan takhayul dan akidah. Pengamatan jenis ini biasanya disertai rasa kasihan bila kepolosan mereka dimanfaatkan orang lain, tetapi kesimpulan Hamka lebih jauh: mereka sebenarnya tidak memenuhi syarat-syarat haji:”kalau diperiksa betul hikmat haji, sudah terang bahwa sebagian besar belum wajib haji.”

Pada masa itu, kondisi wilayah Arafah, Mina, dan Mudzalifah saat puncak haji sudah terjadi kemacetan yang parah. Jarak tiga kilometer antara Mudzalifah dan Mina saat itu sudah memerlukan satu jam perjalanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement