Senin 28 Aug 2017 13:17 WIB
Petualangan Haji Mochammad Khamim Setiawan

Berjalan Kaki Pekalongan-Makkah 9.000 Km untuk Berhaji

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agus Yulianto
Antrean jamaah haji di loket imigrasi bandara internasional King Abdulaziz Jeddah, Saudi Arabia, 27 August 2017. (ilustrasi)
Foto: Mast Irham/EPA
Antrean jamaah haji di loket imigrasi bandara internasional King Abdulaziz Jeddah, Saudi Arabia, 27 August 2017. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Butuh setahun lamanya bagi Mochammad Khamim Setiawan (28 tahun) untuk menempuh perjalanan Pekalongan, Jawa Tengah, menuju Makkah, Arab Saudi. Selama waktu tersebut, pemuda Indonesia itu harus berjalan kaki sejauh 9.000 km. Tujuannya melakukan petualangan itu hanya satu, yakni menunaikan rukun Islam yang kelima, ibadah haji ke Tanah Suci.

Keberanian Aim (sapaan Khamim) memang layak diacungi jempol. Bermodalkan keyakinan yang teguh terhadap agama Islam, lelaki itu mampu menyelesaikan petualangannya yang penuh bahaya namun sarat akan nilai spiritualitas.

“Setiap kali dia (Aim) menginginkan sesuatu, dia akan berusaha dengan sepenuh hati untuk memperolehnya sendiri. Tidak ada yang bisa menghentikannya. Dia punya keyakinan yang kuat,” ujar orang tua Aim, Syaufani Solichin (74), saat bercerita tentang petualangan ruhani putranya, seperti dilansir Saudi Gazette, Senin (28/8).

Ketika memulai petualangannya, Aim hanya membawa perlengkapan seadanya. Di antaranya berupa tas ransel, satu salinan Alquran, beberapa helai kemeja, dua pasang celana dan sepatu, 12 pasang kaus kaki, beberapa pakaian dalam, kantong tidur, dan tenda. Di luar itu, ia juga membekali dirinya dengan sejumlah peralatan, seperti senter, satu ponsel pintar, bendera mini Indonesia, GPS, dan uang tunai sebesar Rp 3 juta.

Dengan mengenakan baju kaus, Aim memulai perjalanan dari kampung halamannya, Pekalongan, pada pukul 10.00 malam WIB, 28 Agustus 2016. “Saya mulai berjalan kaki ke Makkah sambil memasrahkan diri saya sepenuhnya kepada Allah SWT,” tutur Aim.

Pada awalnya, pihak keluarga sempat menyangsikan kesanggupan Aim untuk meraih impiannya. Sebab, untuk mencapai Makkah, ia harus menempuh perjalanan sangat jauh yang jaraknya lebih dari 9.000 kilometer. Namun tekad pemuda itu sudah bulat. Dia tetap istiqamah dengan niatnya untuk berhaji ke Tanah Suci.

Selama perjalanannya menuju Tanah Haram, Aim berpuasa hampir di setiap hari. Ia lebih memilih untuk bepergian pada malam hari dengan bantuan senter, dan memanfaatkan waktu siang hari untuk beristirahat di masjid, bangunan fasilitas umum, rumah penduduk, atau bahkan di dalam hutan di beberapa negeri yang ia lalui.

Aim mampu menempuh jarak 50 km saat dalam keadaan prima. Namun, di kala ia merasakan sakit di lututnya, pemuda itu hanya sanggup berjalan 10 sampai 15 km sehari.

Aim sempat jatuh sakit dua kali dalam perjalanannya, yaitu saat ia berada di Malaysia dan India. Lelaki itu tidak mengonsumsi suplemen khusus untuk mempertahankan stamina tubuhnya, tapi hanya mengonsumsi makanan halal dan mengandalkan madu dicampur air untuk mempertahankan kekebalan tubuhnya terhadap cuaca buruk.

Tidak ada banyak kesulitan yang dialami Aim. Namun demikian, ia mengaku pernah tiga kali bertemu ular berbisa di kawasan hutan belantara Malaysia. “Tapi sebelum ular-ular itu menggigit saya, secara ajaib, mereka sudah lebih dulu terjatuh dan mati,” ucap Aim.

Dalam perjalanannya menuju Tanah Suci, Aim tidak pernah sekali pun meminta-minta kepada siapa pun. Namun, atas pertolongan Allah SWT, ia selalu bertemu dengan orang-orang baik yang memberinya makanan dan perbekalan lainnya.

“Saya pernah disambut dengan ramah di sebuah kuil Budha di Thailand, juga oleh penduduk desa di Myanmar. Mereka memberi saya makan. Saya juga bertemu dan belajar dengan beberapa cendekiawan Muslim di berbagai negara, terutama di masjid Jamaah Tabligh di India. Saya juga menjalin pertemanan dengan pasangan suami istri Kristen asal Irlandia yang saya jumpai di Yangon,” kata Aim mengisahkan.

Saat berjalan sendiri di malam hari, Aim sempat menghadapi sejumlah situasi yang kurang menyenangkan. Seperti saat ia berada di India, misalnya. Ketika itu, Aim bertanya kepada beberapa penduduk setempat tentang rute ke Arab Saudi. Tapi mereka malah membuatnya tersesat. “Akibatnya, saya harus menempuh jarak yang jauh lagi untuk mengubah rute,” tuturnya.

Meski begitu, banyak orang yang bersimpati dengannya saat melintasi Malaysia, India, dan Dubai. Beberapa penduduk di negara-negara itu memberinya makanan yang halal dan tahan lama. Kebaikan mereka semakin menambah semangatnya untuk melakukan ibadah haji.

Pada 19 Mei 2017, Aim tiba di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Menurut perkiraan awalnya, ia dijadwalkan memasuki Makkah pada Rabu (30/8) lusa, ata satu hari sebelum puncak ibadah haji pada Hari Arafah. Namun, ia ternyata bisa sampai lebih awal di Tanah Haram.

“Dari pengalaman yang saya dapatkan, saya semakin yakin bahwa ajaran Islam bukan semata-mata berbicara soal solidaritas antarsesama kaum Muslim. Tetapi juga semangat toleransi terhadap orang-orang dari agama dan budaya yang berbeda. Lewat ibadah haji, saya melakukan jihad yang lebih besar, yaitu mendisiplinkan diri dan memenangkan perjuangan spiritual melawan dosa,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement