Senin 28 Aug 2017 22:00 WIB

WNI Ini Berjalan Kaki Tempuh 9.000 Kilometer ke Saudi

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Bilal Ramadhan
Jamaah haji Indonesia saat akan kembali ke Tanah Air (ilustrasi).
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Jamaah haji Indonesia saat akan kembali ke Tanah Air (ilustrasi).

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Butuh waktu satu tahun bagi pemuda Indonesia ini untuk menempuh perjalanan 9.000 km dari provinsi Jawa Tengah ke kota suci Makkah untuk melakukan ibadah haji tahun ini. Penentuan dan keberanian yang teguh terhadap keyakinan membantu Mochammad Khamim Setiawan dalam petualangannya yang penuh dengan bahaya namun kaya akan spiritualitas.

"Kapan pun dia menginginkan sesuatu, dia akan berusaha dengan sepenuh hati untuk mendapatkannya sendiri, tidak ada yang menghentikannya. Dia adalah orang yang memiliki keyakinan kuat," kata Syaufani Solichin (74) tentang petualangan spiritual anaknya ke Makkah dilansir dari Saudi Gazette, Senin (28/8).

Untuk petualangan spiritual ini, "Aim", begitulah teman dan keluarganya memanggilnya, membawa pulang tas ransel, salinan Alquran, beberapa kemeja, dua pasang celana dan sepatu, selusin pasang kaus kaki, Beberapa pakaian dalam, kantung tidur dan tenda, sebuah obor portabel sebuah ponsel pintar, bendera mini Indonesia, GPS dan uang tunai sebesar tiga juta rupiah Indonesia (sekitar 850 riyal).

Mengenakan T-shirt dengan "Saya dalam perjalanan ke Makkah dengan berjalan kaki dan menaruh kepercayaan penuh pada Tuhan," di punggungnya, Setiawan memulai perjalanannya yang berani dari kampung halamannya di Kabupaten Pekalongan, di Jawa Tengah, pada pukul 22.00 WIB, 28 Agustus 2016.

Awalnya, keluarganya meragukan kemampuannya untuk mencapai tujuan mimpinya karena harus menempuh jarak jauh lebih dari 9.000 kilometer. Dia bahkan didesak oleh orang sekitarnya untuk memgurungkan niatnya, tapi mereka gagal membujuknya untuk berubah pikiran.

Ayah Aim dipanggil kantor urusan agama Indonesia untuk menandatangani beberapa surat yang menyatakan tidak keberatan atas keinginan anaknya untuk memulai petualangan spiritualnya.

Melalui puasa hampir sepanjang siang hari selama perjalanan, Setiawan lebih memilih untuk bepergian pada malam hari dengan bantuan lampu dan memanfaatkan siang hari untuk beristirahat di masjid, bangunan umum, rumah penduduk setempat, atau bahkan di dalam hutan di beberapa negara yang dilaluinya.

Ia mampu menempuh jarak 50 kilometer saat dalam keadaan prima. Namun, saat ia merasakan sakit di lututnya, ia hanya bisa berjalan 10 sampai 15 km sehari. Setiawan jatuh sakit dua kali dalam perjalanannya, yaitu saat dia berada di Malaysia dan India.

Dia tidak memakai suplemen khusus untuk mempertahankan stamina tubuhnya, tapi hanya mengkonsumsi makanan halal dan mengandalkan madu dicampur air untuk menunjang kekebalan tubuhnya terhadap cuaca buruk.

Tidak banyak kesulitan yang dia alami, namun setidaknya dia tiga kali berhadapan dengan ular berbisa di hutan Malaysia. "Tapi secara ajaib, sebelum mereka bahkan bisa menggigit saya, mereka terjatuh dan mati," kata Setiawan.

"Saya tidak pernah memohon, tapi saya selalu bertemu dengan orang baik yang memberi saya makanan dan bekal lainnya, Saya pernah disambut di sebuah kuil Budha di Thailand, Penduduk desa di Myanmar memberi makan saya, Saya belajar dan bertemu dengan cendekiawan Muslim dari berbagai negara di masjid Jamaah Tabligh di India, dan saya berteman dengan pasangan Kristen Irlandia yang mengendarai sepeda di Yangon. " dia menambahkan.

Saat dia berjalan sendiri di malam hari, dia menghadapi beberapa situasi yang tidak menyenangkan, seperti saat berada di India. Dia bertanya kepada beberapa orang lokal tentang rute ke Arab Saudi, tapi dia menyesatkannya. "Dan itu membuatku menempuk jarak yang lebih jauh lagi."

Meski begitu, banyak orang bersimpati dengannya saat melintasi Malaysia, India dan Dubai. Mereka memberinya makanan halal dan tidak mudah rusak. Dia akan mampir ke kedutaan Indonesia di setiap negara yang dia masuki untuk memproses visa negara yang akan dia masuki.

"Saya berhenti di sana bukan karena meminta pertolongan, tapi hanya untuk melakukan panggilan sosial," kata Aim.

Dia begitu bertekad untuk berjalan ke Makkah untuk melakukan ibadah haji, bukan karena dia kekurangan uang. Dia memiliki bisnis yang baik di rumah. "Saya percaya melakukan haji bukan hanya demonstrasi solidaritas antar sesama umat Islam," katanya.

"Cara saya untuk menunjukkan kesalehan saya kepada Allah Yang Maha Kuasa adalah dengan belajar tentang Islam dari berbagai cendekiawan Muslim dan bertemu orang-orang dengan kepercayaan yang berbeda untuk mempelajari budaya mereka dan mempromosikan toleransi," katanya.

"Saya melakukan jihad yang lebih besar: Mendisiplinkan diri dan memenangkan perjuangan spiritual melawan dosa," tambahnya.

Pada tanggal 19 Mei 2017 ia tiba di Abu Dhabi, UAE. Sebenarnya dia dijadwalkan memasuki Makkah pada 30 Agustus, satu hari sebelum atau pada hari Arafat. Namun ia tiba lebih awal dari jadwal. Dia merekam video perjalanannya ke setiap negara yang dimasukinya dan memperbaruinya di media pribadinya tentang media sosial, sehingga keluarga dan teman-temannya di rumah bisa mengetahui keberadaannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement