IHRAM.CO.ID, Puasa Arafah merupakan puasa sunah yang dilaksanakan pada hari Arafah, yakni pada saat diberlangsungkannya wukuf di Arafah tanggal 9 Dzulhijah oleh para jamaah haji. Dalam hadis riwayat Muslim no 1.162 disebutkan Rasulullah SAW bersabda: "bahwa puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang."
Artis reliji Neno Warisman mengungkapkan, bahwa puasa Arafah ini yang terpenting adalah dalam hal niat. Sebab, tindakan yang dilakukan hanya sekedar melakukannya, tanpa memperhatikan kesakrakalan dari sebuah tindakan, maka tidaklah berarti.
“Balik lagi kepada keyakinan. Seumpama ada got kita mau lompat, kita nggak yakin, maka tidak akan berhasil. Bukan sekedar tindakan puasanya, tetapi niat dan keyakinannya. Jangankan puasa sehari itu. Puasa yang satu bulan penuh saja, bisa nggak ada artinya. Ini jadi 'PR' besar kita untuk umat beragama,” kata Neno.
Munurutnya, puasa Arafah sangatlah dahsyat berkahnya. Namun, puasa tersebut kurang diminati. Pasalnya, rata-rata yang menjalankannya hanya pada kalangan orang-orang yang sudah melakukan haji. “Kalah populer sama puasa-puasa yang lain. Karena apa? Karena kita belum gandrung puasa,” ujarnya.
Neno menceritakan, bahwa ketika puasa Arafah jatuh pada pelaksanannya, Allah SWT turun di padang Arafah dan mengabulkan semua doa. Ini adalah momentum yang sangat bagus untuk bangsa Indonesia, terlebih umat Islam, dalam berdoa meminta yang terbaik bagi negeri ini.
“Artinya, kalau Mukmin di negeri ini melakukannya dengan keyakinan dan mau betul-betul meyakini ada, meminta jalan ke luar bagi segala permasalahan maka pasti Allah akan mengabulkan. Karena pada hari itu Allah turun ke bumi, Allah mengabulkan semua doa. Karena itu, puasa Arafah ini menjadi moment muhasabahan bagi bangsa ini untuk lebih baik lagi,” ujar pemilik biro perjalanan haji dan umrah ini.
Neno mengatakan, hanya karena puasa yang dilakukan dalam sehari, maka permasalahan di negeri ini dapat lenyap seluruhnya. Namun, kata dia, konteks dari puasa Arafah tidaklah seperti itu. “Tentu saya bilang tidak bisa diselesaikan hanya karena satu puasa, tetapi kita juga harus yakin bahwa keyakinan kita pada perintah Allah termasuk di dalam syariat agama. Segala sesuatu harus dimulai dengan keyakinan,” ujarnya.
Hanya saja, kata dia, amat disayangkan ketika bagian dari negeri ini tertimpa musibah, tapi tidak ada kesadaran untuk saling membantu. Karena itu, perlu adanya upaya-upaya untuk menghadirkan kesadaran tersebut.
“Kalau persoalan akidah, akhlak, budi pekerti kita bagus, maka dengan otomatis apapun yang terjadi pasti kita akan membantu nggak perlu didorong-dorong. Maunya harus disuasanain terus,” ujarnya.
Menurutnya, berbuat kebaikan tidaklah salah karena itu bagian dari dakwah, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah. Namun, akan indah jika kesadaran yang muncul dengan sendirinya dari manusia-manusia Indonesia.
“Kalau kita menjalankan perintah Allah, maka Allah akan menyejahterakan badatul toyibatul ghofur. Nggak bakal lagi ada kemiskinan dan kemaksiatan, kecuali sedikit, saja karena itu nggak bisa dihapus dari muka bumi biar bagaimana. Dimulai dari menjalankan semua perintah Allah dan kemudian tinggalkan semua larangan Allah,” ujarnya.
Neno menegaskan, bahwa apapun yang diperintahkan oleh Allah SWT, tidak sekedar diperhitungkan dengan akal. Meskipun banyak hal dapat dibuktikan secara ilmiah. “Silakan ilmu pengetahuan terbuka, tetapi sikap mental yang pertama kali adalah tunduk, taat, dan patuh. Maka, negeri ini menjadi negeri yang dirahmati oleh Allah. Belum apa-apa sudah bersikap menolak, enggan, males. Kapan kita menjadi sejahtera. Tidak bisa,” katanya.