Senin 11 Sep 2017 14:12 WIB

Pergerakan Jamaah ke Madinah Diakurasikan Waktu Arba’in

Kadaker Makkah, Nasrullah Jasam
Foto: Nashih Republika
Kadaker Makkah, Nasrullah Jasam

IHRAM.CO.ID,  MAKKAH – Pergerakan jamaah haji dari Makkah ke Madinah akan memperhatikan akurasi agar dapat maksimal melakukan sunat ‘Arba’in. 

Mulai besok, Selasa (11/9), sebanyak 16 kloter dijadwalkan tiba di Madinah yaitu tiga kloter dari Embarkasi Surabaya (SUB 44-46), empat kloter Embarkasi Solo (SOC 48 - 51), empat kloter Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS 48-51), masing-masing satu kloter dari Embarkasi Batam (BTH 14), Embarkasi Palembang (PLM 09), Jakarta-Pondok Gede (JKG 30), Embarkasi Padang (PDG 14), dan Embarkasi Lombok (LOP 01).

 Kepala PPIH Daker Makkah, Nasrullah Jasam, mengatakan pemberangkatan ke Madinah harus benar-benar tepat secara waktu, tidak boleh terlalu cepat dan juga tidak boleh terlambat. Akurasi ini penting untuk menjaga ketepatan waktu pelaksanaan sunat arba’in.

“Kalau terlalu cepat, bisa jadi hotelnya belum siap. Tapi kalau terlambat, bisa jadi berakibat pada proses Arbain yang kurang,” kata dia usai melaksanakan rapat persiapan pendorongan jamaah dari Makkah ke Madinah, Senin (11/9) sepereti dilaporkan wartawan Republika.co.id, Nashih Nashrullah, dari Makkah, Arab Saudi 

Dia menjelaskan check out hotel di Madinah berdasarkan keberangkatan ke Tanah Air. Empat atau lima jam sebelum //take off, jamaah sudah harus keluar dari hotel. Sebab itulah kurasi keberangkatan Makkah ke Madinah harus dapat selaras dengan pelaksanaan arba’in.    

Menurut Nasrullah, ada perbedaan antara pemberangkatan jamaah dari Makkah ke Jeddah dan Makkah ke Madinah. Kalau ke Jeddah, petugas hanya fokus pada penyiapan dokumen jamaah. “Jika dokumen lengkap, tanpa ada akad akomodasi, jamaah bisa berangkat ke Jeddah,” ujar Nasrullah. 

Berbeda dengan Madinah, kata dia, di samping dokumen harus dipastikan sistem e-Hajj di Muassasah Adilla harus sudah disetujui. Kalau mereka sudah menyetujui, sistemnya sudah memungkinkan, maka jamaah bisa berangkat ke Madinah.

Sistem tersebut, kata dia, terkait dengan layanan akomodasi dan transportasi. Jika keduanya sudah disetujui, berarti sudah jelas bus yang akan membawa jamaah menuju Madinah dan hotel yang akan menjadi tempat tinggal jamaah selama di Kota Nabawi.

    

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement