Rabu 13 Sep 2017 10:04 WIB
Kisah 'Unik' Huruf Alquran

Bang Haji Nilep Titik dan Harokat: Sungguh Terlalu!

Penggalan surat Alfatihah tanpa titik dan harakat.
Foto: Didin Sirodjudin AR
Penggalan surat Alfatihah tanpa titik dan harakat.

Oleh: Didin Sirojuddin AR

من الحجاج من كان حجه مبرورا ومنهم من كان حجه مردودا. فلعل هذه هى القصة عن الحاج المردود (الذى أخطأ فى قراءة خط الرسالة).


Musim HAJI sudah lewat, namun gaungnya masih berhembus kencang. Bagi para haji, hembusan itu adalah efek ibadah dengan hasil "mabrur" (diterima) atau "mardud" (ditolak) tergantung amal sebelum dan sesudah ibadah fardu kelima itu dilakoni.
Bagi haji mabrur Allah menjanjikan, sebagaimana sabda Nabi saw:

الحج المبرور ليس له جزاءالاالجنة

(Haji mabrur, balasannya tiada lain kecuali surga). Hidupnya berubah dengan amal ibadah dan perilakunya yang semakin baik.

Bahkan, sejak mengucapan talbiyah "Labbaika Allahumma labbaik....," Allah langsung menyambutnya dengan ucapan: "Labbaika wa sa'daik...." (Aku sambut kedatanganmu dan selamat berbahagia). 
Namun, bagi haji MARDUD, jawaban Allah itu sungguh membuat nyali jadi ciut dan deg-degan:

لالبيك، ولا سعديك. زادك حرام وراحلتك حرام، حجك مردود عليك

(Tidak ada sambutan bagimu dan tidak ada kebahagiaan untukmu. Bekalmu bekal yang haram, perjalananmu perjalanan yang haram. Hajimu tertolak untukmu).


Kisah lama ini, agaknya, berkenaan dengan haji tipe kedua:
Ketika calon haji mau berangkat dari Mesir, tetangganya nitip surat untuk kawannya di Madinah.

Sepulang haji, tetangganya datang menanyakan apa saja yang dititipkan kawannya.

"Oh, nggak nitip apa-apa kecuali surat ini aja koq," jawab Bang haji sambil menyerahkan sepucuk surat tanpa amplop. 


"Tidak ada yang lain?" tanya kawannya heran.


 "Hanya surat," jawab Bang Haji mantap.

Dia memang sudah membaca isi surat berbahasa Arab yang 'kaligrafi-nya belum bertanda titik dan harakat pada waktu itu, dan Bang Haji sangat hapal dengan bunyinya.


"Tolong Bang Haji baca isinya!" pinta kawannya, yang langsung dibaca Bang Haji dengan lancar:

إِياك نعبدواياك نستعين.

Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in (Kepada-Mu kami menyembah dan kepada-Mu kami mohon pertolongan).


"Aha, ha.. ha.. Bang Hajiiiiiii, Bang Haji," sergah kawannya sambil sedikit manyun, karena tahu bacaan Bang Haji salah.

Si kawan lebih tahu maksud surat yang sebenarnya.

"Nih Bang saya baca ya: اتاك بعبدواتاك بسبعين, ataka bi'abdin wa ataka bisab'in (Dia bawakan untukmu seorang hamba sahaya dan dia juga membawa 
untukmu 70 ekor).

Bang Haji menjadi sedikit grogi.


"Mana titipan hamba sahayanya?"

Kawannya menggertak.
"It...it...itu di kamar," jawab Bang Haji tambah gelagapan.


"Mana itu titipan 70 ekor kambingnya?"


"Anu....anu.... Itu ada di kandang," jawab Bang Haji lagi sambil menunjuk kandang kambing di samping rumahnya.


Duh Bang Haji, baru pulang haji sehari sudah berbohong. Berani-beraninya menilep 'titik' dan 'harokat'.

"Sungguh terlalu..!"

*Didin Sirojuddin AR, pengasuh pesantren Kaligrafi Alquran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement