Jumat 29 Sep 2017 10:36 WIB

Berwisata Sekaligus Berbelanja di Kebun Kurma

Jamaah haji Indonesia mengunjungi kebun kurma milik keluarga Badui, Muhammad Hasan Ar-Raddadi di Madinah, Arab Saudi, Selasa (26/9).
Foto: Republika/Ani Nursalikah
Jamaah haji Indonesia mengunjungi kebun kurma milik keluarga Badui, Muhammad Hasan Ar-Raddadi di Madinah, Arab Saudi, Selasa (26/9).

IHRAM.CO.ID, Siapa tak kenal Jabal Uhud atau Gunung Uhud. Berziarah ke gunung ini selalu masuk dalam schedule jamaah haji yang berada di Madinah Al Munawwarah.

Namun, tak banyak yang tahu di seputaran Uhud terdapat beberapa kebun kurma yang menarik dijadikan tujuan wisata. Salah satu kebun kurma yang kerap dikunjungi adalah kebun milik keluarga Badui, Muhammad Hasan Ar-Raddadi

 

Seperti yang dilaporkan Wartawan Republa.co.id, Hj Ani Nursalikah dari Madinah, kebun yang terletak di Jalan Uyun ini ramai dikunjungi jamaah dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Biasanya jamaah akan mampir ke kebun ini usai ziarah dari Jabal Uhud dan Pemakaman Syuhada Uhud.

Manajer Kebun Ar-Raddadi Madinah M Nasrul Hamdi menuturkan, kebun dibuka untuk jamaah sejak lima tahun lalu. Awalnya, kebun ini hanya kebun biasa yang tertutup buat orang luar. Namun, atas masukan jamaah haji, keluarga Ar-Raddadi membuka kebunnya untuk umum.

Ar-Raddadi juga membangun toko sebagai pusat penjualan hasil kebun. "Selain menikmati wisata kebun kurma, jamaah juga dapat langsung membeli kurma hasil kebun ini, "kata Hamdi, orang kepercayaan keluarga Ar-Raddadi, baru-baru ini.

Kebun seluas dua hektare ini hampir tiap hari didatangi pengunjung atau pembeli kurma. Jumlah mereka bakal melonjak di musim haji seperti saat ini.

Terdapat 400 pohon kurma yang terdiri atas 20 varietas di kebun itu. Tak hanya satu kebun, keluarga Ar-Raddadi juga punya kebun-kebun kurma lain di luar Kota Madinah. Keluarga ini termasuk keluarga berada dan terpandang di Madinah.

Menurut Hamdi, yang paling laris dan paling diminati jamaah haji adalah kurma ajwa atau yang dikenal dengan sebutan kurma Nabi. Disebut demikian karena Nabi Muhammad SAW pernah menanam kurma ini dengan tangannya sendiri.

Jamaah haji Indonesia menyambangi Kebun Ar-Raddadi di Madinah. (Foto: Ani Nursalikah/ Republika)

Rasulullah menganjurkan umatnya mengonsumsi kurma ini dengan jumlah ganjil tiap hari. Selain itu, kurma ajwa diyakini dapat dapat dijadikan obat.

Ia dapat menangkal sihir dan racun. "Barangsiapa yang makan kurma ajwa tujuh butir sehari, maka ia akan terlindung dari sihir dan racun'," kata lelaki kelahiran Pulau Lombok itu seraya menyitir hadist Nabi.

Terdapat sekitar 30 orang pekerja di kebun Ar-Raddadi. Sebanyak 10 orang di antaranya adalah orang Indonesia, tujuh orang dari India dan Pakistan, sisanya adalah pekerja lokal atau orang Saudi.

Kurma termasuk salah satu tumbuhan yang jarang berbuah. Ia hanya bisa dipanen setahun sekali. Kurma di kebun Ar-Raddadi pun demikian, hanya dipanen saat Ramadhan saja. Per pohon menghasilkan 25-30 kilogram kurma.

Sebagaimana halnya tanaman lain, pohon kurma juga mendapatkan perawatan khusus. Biasanya setelah selesai musim haji, pekerja di kebun akan rutin menyiram dan memupuki pohon kurma. Dan saat pohon mulai berbuah, mereka akan menyemprotkan pembasmi hama untuk menjaga buah kurma tetap ranum dan segar.

Harga per kilogram kurma di kebun atau toko Ar-Raddadi bervariasi, tergantung jenisnya. Kurma ajwa misalnya, dijual mulai 50-80 riyal. Jenis lain juga begitu, mulai 30-50 riyal. Kurma produksi kebun ini diekspor ke sejumlah negara Timur Tengah dan Asia, termasuk Indonesia.

Jamaah haji Kloter SOC 69, Muhammad Rohaini, mengapresiasi adanya kebun-kebun kurma yang dijadikan tujuan wisata. Ketua Rombongan KBIH NU Kota Semarang itu mengatakan, kunjungan wisata dari satu kebun ke kebun yang lain di Madinah sangat menarik.

"Sebab kurma menjadi oleh-oleh favorit jamaah. Rata-rata jamaah membeli kurma sebanyak lima-50 kilogram dari satu kebun kurma," ujarnya.

Cuma, kata Rohaini, ada kendala di pengiriman. Jamaah hanya dibatasi membawa maksimal 20 kilogram kurma. Jika tak dibatasi, mereka pasti membeli kurma dalam jumlah yang lebih banyak.

Ia juga berharap, pemerintah Arab Saudi mau membuka lagi kebun-kebun kurma yang lain untuk dikunjungi peziarah atau jamaah haji. Tak hanya satu atau dua kebun saja.

Kebetulan hari itu jamaah SOC 69 mengunjungi dua kebun kurma. Kedatangan ke kebun Ar-Raddadi adalah kunjungan kedua. "Jamaah kami sangat puas dengan kunjungan ini. Dan mereka kami pasti membeli kurma dari kebun-kebun yang dikunjungi," ujarnya.

Selain kurma, toko Ar-Raddadi juga menjual aneka cokelat dan manisan. Beberapa jamaah haji Indonesia tampak sibuk memilih aneka cokelat yang tersaji di atas meja dagangan. Jamaah asal Banten Hj Erna termasuk salah satu yang terlihat sibuk memilih dan menawar cokelat dari penjaga toko.

"Tempatnya bagus. Senang bisa milih dan nyicipin. Harganya juga masih standar," ungkapnya. Erna dan suami sengaja membeli kurma dan cokelat sebagai oleh-oleh buat keluarga di Tanah Air.

Selain jamaah haji Indonesia, jamaah haji dari negara lain seperti Pakistan, Afghanistan, India, Bangladesh, dan Malaysia juga tampak mengerubungi kebun dan toko kurma.

Abdul Lathif Muhammad misalnya, jamaah haji asal Kuala Lumpur, Malaysia. Ia merasa senang bisa mampir ke kebun kurma yang sejuk nan rindang. Lelaki Melayu ini tak menyangka jika di kawasan tandus Arabia terdapat kebun-kebun kurma yang rindang. Tak ubahnya kebun-kebun di Malaysia atau Indonesia.

Lathif berniat membeli kurma dalam jumlah banyak, namun khawatir tak bisa dibawa naik pesawat. "Kata ustaz, kami bisa bawa 30-50 kilogram. Tapi tak tahu juga. Masih belum dikonfirmasi berapa sebenarnya yang boleh dibawa. Kami masih menunggu dulu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement