Selasa 03 Oct 2017 08:50 WIB

Tiga Catatan Penyelenggaraan Haji 2017 di Madinah

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Esthi Maharani
Dua juta jamaah padati  shalat jumaat pertama pascahaji 2017/1438 H.
Foto: saudigazette.com
Dua juta jamaah padati shalat jumaat pertama pascahaji 2017/1438 H.

IHRAM.CO.ID, MADINAH -- Kloter terakhir jamaah haji Indonesia gelombang dua di Madinah akan diterbangkan ke Tanah Air pada 5 Oktober mendatang. Kepala Daerah Kerja Madinah Amin Handoyo memberikan sejumlah evaluasi terkait layanan terhadap jamaah di Madinah. Ada tiga hal yang disoroti.

Pertama, mengenai pemondokan jamaah. Pada gelombang pertama, ada 10 ribu jamaah haji yang hotelnya berada di luar Ring Road King Faisal atau berjarak hingga 1,2 kilometer dari Masjid Nabawi. Sedangkan pada gelombang kedua, semua jamaah tinggal di wilayah Markaziyah yang berjarak paling jauh 600 meter dari Nabawi. Amin mengharapkan tahun depan jamaah tidak terjadi hal serupa.

"Bagaimana agar tidak pecah kloter," katanya kepada Republika, Senin siang (2/10).

Kedua, persoalan katering jamaah. Amin berharap tahun berikutnya jamaah akan mendapatkan menu sarapan berupa nasi. Selama ini, jamaah haji mendapatkan dua kali, yakni makan siang dan malam. Menu sarapan pagi adalah roti yang dibagikan saat makan malam. Banyak jamaah Indonesia yang tidak terbiasa sarapan dengan roti. Tak jarang roti tersebut telah habis dikonsumsi saat malam hari.

"Ketika tidak ada makan pagi, mereka akan cari makan di luar katering. Kami temukan jamaah haji membeli makan di luar dengan harga murah tapi tidak bisa dijamin kesehatannya," ujar Amin.

Ketiga, persoalan transportasi. Dia ingin bus upgrade yang mengantar jamaah betul-betul dipantau agar spesifikasinya sesuai. Terkait bus yang mengantar jamaah dari bandara ke hotel, menurutnya, perlu ada evaluasi khusus. Pada gelombang pertama, jumlah bus yang disediakan muassasah tidak sesuai dengan jumlah rombongan yang disiapkan di Indonesia. Misalnya, ada delapan rombongan jamaah, tetapi bus yang disediakan sembilan. Satu bus ini harus diisi sehingga satu rombongan bisa terpisah.

"Ini berpengaruh pada tas dan pembagian paspor. Jamaah juga tidak nyaman," ujar Amin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement