IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Penyelenggaraan ibadah haji tahun 2017 telah usai digelar dan telah dinyatakan sukses. Namun, masih ada dua jamaah yang hingga saat ini masih belum ditemukan, yaitu Atim Arta Ota (62 tahun) asal Bogor, Jawa Barat dan Hadi Sukma Adsani (73) asal Kabupaten Tulang Bawang, Lampung.
Dirjen Penyelenggaran Haji dan Umrah (PHU), Prof Nizar Ali mengatakan bahwa pihaknya sudah berupaya penuh untuk menemukan jejak keberadaan dua jamaah tersebut. Bahkan, kata dia, petugas haji sudah mencarinya hingga rumah sakit jiwa.
"Belum (ditemukan), kita masih melakukan upaya, upaya dilakukan dengan berkoordinasi dengan pemerintah Saudi, semua kita sweping di RS-RS, termasuk ruang jenazah kita anu semua oleh petugas haji kita, di rumah- rumah jenazah, bahkan rumah sakit jiwa," ujarnya kepada Republika.co.id saat ditemui di acara Rapat Kerja Nasional Evaluasi Penyelenggaraan Ibadah Haji tagun 2017 di Jakarta Pusat, Selasa (7/11).
Ia menduga dua jamaah itu belum ditemukan lantaran gelang sudah tidak dipakai lagi atau gelang yang dipakainya sudah sulit diidentifikasi. Sementara, usia jamaah tersebut juga sudah lansia. "Karena kemungkin yang terjadi gelang sudah tidak dipakai lagi atau mungkin susah diidentifikasi," ucapnya.
Dengan masih adanya jamaah yang hilang pada penyelenggaraan ibadah haji tahun ini, Kemenag mewacanakan untuk memberikan gelang chip atau GPS kepada jamaah haji tahun depan. Namun, menurut dia, untuk menerapkannya membutuhkan dana yang besar, sehingga nantinya tergantung keputusan DPR.
"Gak ada GPS (Dua jamaah haji hilang), yang ada barcode, keberadaan memang gak ada, kita belum punya chip," kata Nizar.
Untuk diketahui, Atim Arta Ota belum diketahui keberadaannya sejak 15 Agustus 2017. Atim terpisah dari rombongannya, kelompok terbang (kloter) embarkasi 56 Jakarta-Bekasi (JKS 56) saat beribadah di Masjidil Haram. Sementara jamaah haji kedua, Hadi Sukma Adsani belum diketahui keberadaannya sejak tanggal 2 September 2017. Saat itu, jamaah kloter 37 embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG 37) ini diketahui keberadaannya terakhir kali ketika mabit (bermalam) di Mina untuk melempar jumrah.