Jumat 08 Dec 2017 08:00 WIB

Foto Selfie dan Sejarah Kaligrafi di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi

Kiswah lama diangkap, siap diganti yang baru
Foto:
sakah satu contoh kaligrafi yang ada di kain kiswah.

Adalah Abdullah Zuhdi dari Asitanah, Turki,  yang berjasa menulis kaligrafi di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Pengajar khat di kampus Nur Usmaniyah ini diutus Sultan Abdul Majid ke Hijaz untuk menulisi kaligrafi di dinding Masjid Nabawi.

Kala itu, ketika bersafari ke Mesir, pemerintah Mesir mengangkatnya menjadi guru khat di Madrasah Khudeiwiyah sampai wafatnya tahun 1296 H.  Karena kerjanya bagus, ia ditugaskan menulis ayat-ayat Alquran dan lainnya di Ka'bah.

Profesinya dilanjutkan oleh murid-murid dan generasi kaligrafer sesudahnya sampai sekarang.

Menarik sekali memang. Bila kemudian dicermati,  ternyata kaligrafi yang terjepret di Masjid Nabawi didominasi khat Tsulus. Beberapa menggunakan Naskhi dan Kufi.

Tapi yang paling menarik perhatian dan jadi sasaran tembak kamera saya adalah hadis Nabi SAW yang terletak berhadapan dengan Raudhah, tempat yang paling diperebutkan:

مابين بيتي ومنبري روضة من رياض الجنة

"Yang berada di antara rumahku dan mimbarku adalah sebuah taman dari taman-taman surga."

Sedangkan, di Masjidil Haram, kaligrafi gaya Tsulus bertebaran menghiasi dinding. Tapi semuanya kalah pamor oleh kaligrafi di kiswah Ka'bah. Kiswah sendiri dan jamaah yang bergemuruh thawaf mengelilingi Ka'bah jadi sasaran tembak kamera yang paling  menarik.

Sejak proses pembuatannya, Kiswah memang menarik: dibuat saban tahun  dengan biaya sekitar 5 juta real  selama 9 bulan sampai setahun penuh dengan bahan-bahan: kain sutera, benang emas, dan materi campuran lainnya,  melibatkan 200  perancang dan pekerja ahli, menghabiskan 9.600 pintal benang khusus hanya untuk tulisan segi tiga:

سبحان الله وبحمده، سبحان الله العظيم، ياحنان، يامنان، ياالله.

Kiswah, yang beberapa abad lamanya dibikin atas tanggungan pemerintah Mesir, adalah kelambu Ka'bah dari sutera yang dihias pertama kali oleh bangsa Himyar 2 abad sebelum hijrah.

Tepatnya yang mula-mula mengelambui Ka'bah dengan kulit yang disamak adalah Abu Karbin As'ad, Raja Himyar, tatkala baginda kembali dari berperang (220 SH) dan kebetulan lewat di depan Ka'bah. Sejak Islam lahir sampai ‘Fathu Makkah’, Rasulullah belum sempat mengkiswahi Ka'bah karena belum ada kebebasan ibadah akibat konfrontasi dengan musyrikin Quraisy.

Namun, setelah ada peristiwa seorang wanita membakar kiswah, barulah Rasulullah menggantinya dengan kain baru dari Yaman. Kecuali Abu Bakar, Umar, dan Usman, Ali tidak disebut-sebut pernah membikin kiswah, barangkali tidak sempat akibat pertentangan politik dengan Muawiyah dan fitnah di dalam negeri yang meraja lela. Sebaliknya, Muawiyah sendiri mengkiswahi Ka'bah dua kali setahun, Makmun tiga kali.

Bahkan, Khalifah Makmunlah yang mula-mula membikin kiswah dari sutera putih bergambar. Di zaman Fatimiyah diganti lagi dengan sutera putih, kemudian kuning, kemudian hijau, kemudian hitam, warna yang berlaku sampai sekarang.

Tidak terasa kamera telepon selular saya terus membidik huruf-huruf kaligrafi hitam

لا إله إلاالله محمدرسول الله berulang-ulang  yang samar-samar  memenuhi body kiswah yang hitam anggun. Sambil mengklik tombol kamera, terbayang ingatan ke pabrik kiswah super moderen yang dilengkapi peralatan dan komputer serba up to date.

Tahap pembuatan kiswah tersebut diawali dengan pencucian kain sutera putih yang didatangkan khusus dari Italia. Digosok berkali-kali dengan air mendidih dan sabun untuk mengikis debu dan zat kimia yang melekat. Dibeberkan hingga kering, lalu dicelup dengan warna biru nila dengan sedikit bumbu kimia untuk menguatkan warna. Dicelup lagi dengan warna hitam pekat. Sesudah kering dilipat dengan gelondongan kayu besar-besar ratusan batang. Pintalan benang yang ditargetkan berjumlah 9.870 gulung, dibentangkan pada 8 buah sisir besi.

Kamera saya seakan diarahkan pada proses pembuatan lukisan kaligrafinya. Di mulai dari tahap penjahitan pada lengkung garis-garis ukur yang diguratkan sang direktur seniman. Apabila para pekerja menginjak pedal dengan telapak kakinya, maka bermunculanlah benang-benang sulam yang berkilauan. Nah,  itulah kalimat-kalimat kaligrafi penghias kiswah. Indah sekali bukan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement