IHRAM.CO.ID, Uni Emirat Arab mengenang pelaksanaan ibadah haji di masa lalu yang penuh lika liku. Menunaikan ibadah haji saat itu perlu waktu yang tak sedikit meski di sesama tanah Arab.
Arab Saudi menggelar pameran haji masa lalu di Sheikh Zayed Grand Mosque Centre (SZGMC) beberapa waktu lalu. Rute haji utama menjadi salah satu pembahasan dalam diskusi Rute Haji Bersejarah di sana.
Sesi ini termasuk diskusi publik yang mengeksplorasi koleksi bersejarah dan artifak unik dalam pameran. Profesor sejarah dan arkeologi Universitas UEA, Dr Hamad bin Seray menjadi salah satu yang bercerita evolusi rute haji dari era perjalanan darat dan kapal. Saat itu, pesawat bukan pilihan untuk menunaikan ibadah haji seperti saat ini. Orang-orang harus mengarungi perjalanan panjang dan berbulan-bulan.
"Calon jamaah harus sangat hati-hati untuk menghindari hewan buas," kata dia dilansir Khaleej Times.
Menurutnya, penduduk UEA biasanya pergi bergerombol dalam karavan unta yang membawa 20-30 calon jamaah. Mereka yang berasal dari Ras Al Khaimah, Fujairah, Ajman dan Sharjah biasanya berkumpul di Khawaneej, Dubai.
Mereka kemudian melalui Jebel Ali, Abu Dhabi ke Tarif, kota yang sangat kecil sekitar pantai. Mereka kemudian akan bertemu dengan rombongan dari Al Ain dan Buraimi. Sejumlah tempat peristirahatan yang populer saat itu adalah di bawah pohon Shabhana, dekat kota kecil Al Sila. Di sana adalah perbatasan Emirat dengan Saudi Arabia.
Jamaah dari UEA kemudian menyeberangi Al Sabkha sebelum tiba di tanah Saudi di Al Hessa. Mereka kemudian bergerak ke Al Wudhuf, Riyadh dan Makkah. "Butuh waktu enam bulan saat itu, untuk berangkat dan pulang lagi ke UEA setelah haji," kata Dr Seray.
Jamaah membawa sendiri makanan mereka. Mulai dari ikan kering, kurma, minyak hingga air. Menurut Dr Seray, mereka yang pergi menggunakan kapal berangkat dari Sharjah ke Al Khubar, Saudi. Mereka kemudian melanjutkan dengan perjalanan darat dari Al Khubar ke Makkah.
"Banyak juga yang meninggal dalam perjalanan, seperti karena kapal tenggelam diterjang badai," kata dia.
Selain karena alasan perjalanan jauh dan lama, sering kali berhaji jadi sesuatu yang mewah. Tak semua orang bisa menjangkau biayanya yang sangat mahal. Seorang jamaah yang berhaji pada 1939, Rashid Al Zaabi mengatakan ia berangkat menggunakan unta sepanjang pantai utara untuk mencapai Makkah. Butuh 70 hari untuk pergi dan 70 hari untuk pulang. Ia tinggal di Makkah selama dua pekan untuk menjalankan ritual haji.
"Butuh keberanian dan keyakinan besar bagi seseorang saat itu untuk mengarungi perjalanan haji," katanya.