Rabu 31 Jan 2018 17:05 WIB

Aher: Usut Tuntas Kasus Travel Umrah SBL

Pelaku dijerat Pasal 63 ayat 1 Jo Pasal 64 ayat 1 UU RI nomor 13 tahun 2008.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Ratusan calon jemaah umrah menggeruduk kantor PT Solusi Balad Lumampah (PT SBL) untuk meminta kejelasan, di Jalan Dewi Sartika Kota Bandung, Rabu (31/1).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Ratusan calon jemaah umrah menggeruduk kantor PT Solusi Balad Lumampah (PT SBL) untuk meminta kejelasan, di Jalan Dewi Sartika Kota Bandung, Rabu (31/1).

IHRAM.CO.ID,  BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyayangkan, munculnya kembali kasus penipuan umrah. Ia berharap, pihak kepolisian bisa mengusut tuntas kasus tersebut.

Seperti diketahui, Polda Jabar mengamankan AJW dan ER, dua orang pengelola biro perjalanan haji dan umrah PT Solusi Balad Lumampah (SBL). Perusahaan tersebut diduga melakukan pelanggaran penyelenggaraan ibadah umrah dengan korban lebih dari 12 ribu lebih jamaah.

"Sebelumnya ada First Travel sekarang SBL pula. Kita minta Polda untuk terus mengusut hingga tuntas," ujar Ahmad Heryawan yang akrab disapa Aher di Gedung Sate, Rabu (31/1).

Aher meminta, masyarakat waspada terhadap tarif perjalanan haji dan umroh yang di luar batas kewajaran. Karena, dikhawatirkan merupakan permainan uang.

Selain tarif murah, kata Aher, pelaku penipuan juga kerap menggunakan modus investasi dengan bunga tinggi demi menarik calon korban. "Uangnya diputerin. Yang daftar duluan kebagian duluan tapi yang belakang ya kehabisan," katanya.

Seperti diketahui, Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Kepolisian Daerah Jawa Barat, menetapkan Direktur Utama Travel Haji Umrah PT Solusi Balad Lumampah (SBL), Aom Juang Wibowo sebagai tersangka penipuan terhadap 12.845 jemaah calon haji dan umrah. Selain pasal penipuan, Aom juga dijerat pasal Pencucian Uang (TPPU).

Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol Agung Budi Maryoto menjelaskan, aksi yang dilakukan Aom tersebut diduga sejak November 2017. "Dari total calon jemaah haji yang mendaftar sebanyak 30.237 orang, hanya 17.383 orang sudah berangkat. Dari jemaah yang belum berangkat, SBL menerima uang sebanyak Rp 300 miliar," ujar Agung di Mapolda Jawa Barat.

Dalam kasus tersebut, penyidik Ditreskrimsus juga menetapkan staf PT SBL, Ery Ramdany sebagai tersangka. Dari dana jamaah yang belum berangkat itu, dinikmati keduanya untuk kepentingan pribadi.

Dana tersebut di antaranya digunakan untuk membeli mobil yaitu satu unit Marcedes, Range Rover Evo, Nissan Navara, Toyota Alphard, Pajero, Truck Towing, Mobilio, Honda Jazz dan Hi Ace. Untuk roda dua di antaranya, satu unit X-max, tiga unit motor Trail dan satu unit Segway.

Selain mobil dan motor, uang tunai sejumlah Rp 1,6 miliar pun diamankan penyidik. "Uang tersebut telah digunakan oleh para tersangka untuk kepentingan pribadi," katanya.

Akibat perbuatannya, keduanya dijerat Pasal 63 ayat 1 Jo Pasal 64 ayat 1 Undang-Undang RI nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Haji dan Pasal 378 30 Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP dan Pasal 2 ayat 1 huruf r dan 2 Jo Pasal 3 Jo Pasal 4 UU RI Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement