IHRAM.CO.ID, JAKARTA Kerajaan Arab Saudi (KSA) menawarkan pelayanan keimigrasian dari negara tersebut berupa perekaman data biometrik bagi calon jamaah haji (calhaj) Indonesia. Pun perekaman data biometrik itu akan dilakukan di Indonesia.
Sayangnya, perekaman ini hanya dilakukan pada 20 persen dari total kuota calhaj Indonesia, yakni 225.100. Kementerian Agama (Kemenag) RI mengatakan besarnya persentase itu karena ini adalah perekaman perdana.
"Bagi Saudi untuk tahun ini sifatnya pilot project (proyek percontohan), jadi tak semua embarkasi," kata Kasubdit Dokumen dan Perlengkapan Haji Reguler Kemenag RI Nasrullah Jasman kepada Republika, Sabtu (19/5).
Ia menjelaskan, Kemenag RI berencana mengambil sampel perekaman di Jakarta, wacana kedua yakni di Makassar, Sulawesi Selatan. Ia menjelaskan pemilihan lokasi itu juga mempertimbangkan sejumlah hal, seperti, lama waktu perjalanan dari asrama ke bandara, keamanan, fasilitas asrama, dan banyaknya calhaj di daerah embarkasi.
Terkait kesanggupan KSA melakukan perekaman di 32 titik, Nasrullah mengatakan hal itu tidak mungkin dilakukan. Mengingat Indonesia hanya memiliki 18 embarkasi, termasuk antara, serta 12 bandara yang menjadi titik keberangkatan.
Mengingat semua peralatan didatangkan dari Saudi, ia menyakini akan ada banyak hal yang menjadi tantangan. Kendati demikian, ia mengatakan, Kemenag RI siap apabila KSA ingin melakukan perekaman di 18 embarkasi.
"Kita siap saja sebenarnya, kan ada PPIH di tiap embarkasi. Tapi merekanya kira-kita bagaimana, soalnya kan butuh beberapa alat, koneksi internet juga,"tutur dia.
Selain itu, ia melanjutkan, setidaknya KSA harus mendatangkan 90 orang untuk memantau proses perekaman. Sebab, berdasarkan kajian Kemenag, apabila ingin proses cepat, maka satu kloter butuh lima orang.
Terkait kerja sama selanjutnya, Nasrullah mengatakan Kemenag RI berharap tahun depan sifat pelayanan bukan lagi proyek percontohan. Sehingga, sudah bisa dilakukan di seluruh embarkasi di Indonesia.
"Tapi kita lihat tahun ini, kira-kira sukses belum. Paling nggak sudah dibahas, misalnya ke depan, melibatkan Angkasa Pura dan lain-lain," ujar dia.
Staf dari Direktorat Jenderal Imigrasi Arab Saudi, Whaleed,mengatakan sistem ini mempercepat proses keimigrasian yang harus dilalui calhaj Indonesia, baik dari atau kembali ke Tanah Air. Ia mengatakan setidaknya ada tiga tujuan pelaksanaan pelayanan biometrik, pertama, memudahkan pelaksanaan tamu Allah agar mudah dan nyaman sampai di Tanah Suci.
Kedua, meminimalisir waktu tunggu lebih panjang di bandara. Ketiga, karena jumlah calhaj sangat banyak, maka perlu jalan mengatasi proses keimigrasian haji.
"Manfaat sistem ini bagaimana minimalisir waktu keberangkatan calhaj, terutama berkaitan verifikasi kesehatan, akan tinggal di mana, akan naik bus apa, pemeriksaan barang. Sehingga tak butuh proses lagi di Saudi," tutur Whaleed.