IHRAM.CO.ID, LOMBOK BARAT -- Ibadah haji merupakan kewajiban personal (fardhu ain), tetapi dikhususkan bagi yang memiliki kemampuan, baik fisik, ekonomi, dan terutama dalam aspek mental. Khusus bagi Muslim di Pulau Lombok, haji dianggap sebagai ibadah puncak penghambaan seseorang kepada Allah SWT.
Puncak penghambaan ini karena haji dilakukan dengan cara peribadatan tertentu, ritual tertentu, waktu tertentu, bahkan tempat-tempatnya pun telah ditentukan oleh ajaran Islam. Karena itu, perlakuan terhadap ibadah ini menjadi sangat spesial.
Seseorang yang berniat haji, jauh-jauh hari telah mempersiapkan diri. Apalagi dengan kebijakan kuota, maka persiapan terutama dalam hal pembiayaan dilakukan belasan tahun dari waktu keberangkatannya.
Bagi mereka di Pulau Lombok, khususnya di Kabupaten Lombok Barat, persiapan menuju keberangkatan haji dilalui dengan banyak proses ritual, baik yang bersifat personal maupun sosial. Secara personal, persiapannya tidak hanya dengan mencukupkan biaya perjalanan, tetapi juga secara fisik dengan melatih diri bermanasik.
Calon jamaah haji di Lombok Barat menjalani ritual pelepasan haji pada Kamis (12/7).
Untuk persiapan secara sosial, seorang calon jamaah haji di Lombok Barat menyelenggarakan ziarahan. Pada acara ini, calon jamaah haji membuka rumahnya untuk dikunjungi masyarakat.
Ziarahan atau kunjungan warga biasanya diawali acara buka ziarahan. Ziarahan haji memiliki filosofi yang cukup dalam, baik bagi calon jamaah haji maupun para tamunya yang berziarah.
Para tamu tidak hanya hadir untuk mengucapkan kata selamat dan mendoakan calon jamaah haji. Ziarahan memberikan kesempatan bagi para tamu yang berziarah dan calon jamaah haji untuk saling mengikhlaskan kesalahan-kesalahan selama belum berangkat.
Masyarakat Suku Sasak (Suku Asli Pulau Lombok) juga memaknai haji dengan cara khusus. Bagi Suku Sasak, keberangkatan haji ke tanah suci seperti menuju medan perang dengan risiko kematian.
Mereka beranggapan keberangkatan mereka adalah memerangi diri sendiri dan dikelilingi oleh banyak godaan dan cobaan. Dengan banyaknya risiko dalam perjalanan, maka berangkat haji seperti juga menyongsong jihad kematian sebagai risiko terbesar dalam peperangan.
Calon jamaah haji di Lombok Barat menjalani ritual pelepasan haji pada Kamis (12/7) kemarin.
Pada masa lampau ketika transportasi masih menggunakan jalur laut, maka keberangkatan haji adalah menghadapi gelombang laut dalam waktu yang cukup lama. Itu mengapa, bagi masyarakat muslim Suku Sasak berangkat haji sampai saat ini disebut "belayar". Risiko perjalanan tersebut adalah kematian, maka prosesi ziarahan bagi calon jamaah haji menjadi ajang saling memaafkan.
Sejak ziarahan dibuka, tetangga, kerabat, dan sahabat pun berdatangan. Mereka kadang "beselawat" (memberi tambahan sangu) buat calon jamaah haji.
Tradisi "beselawat" ini tidak memandang status ekonomi calon jamaah haji atau peziarah. Mereka memberikan sebagai tanda suka citanya atas perjalanan calon jamaah haji.
Pada sore atau malam hari, calon jamaah haji pun kerap menyelenggarakan acara "selakaran". Selakaran ini adalah melantunkan zikir dan sholawat Nabi Muhammad Saw secara bersama-sama, sambil berdiri, dan membentuk lingkaran.
Calon jamaah haji di Lombok Barat menjalani ritual pelepasan haji pada Kamis (12/7) kemarin.
Selakaran ini menjadi penghantaran para warga, kerabat, dan sahabat kepada calon jamaah haji sebelum dan ketika berada di tanah suci. Mereka mendoakan para jamaah supaya tetap sehat selama ibadah haji. Selakaran ini, biasanya, semakin intensif dilakukan ketika ada kabar kurang mengenakkan yang menimpa CJH.
Haji bagi umat Islam Suku Sasak adalah ibadah puncak. Siapa pun ingin berhaji walaupun sesungguhnya secara ekonomi belum mampu, kecuali hanya mencukupkan biaya perjalanan.
Itu mengapa, seseorang yang berstatus "haji" tidak mesti adalah orang kaya. Mereka berkeyakinan, haji adalah kewajiban personalnya di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Di Kabupaten Lombok Barat, jumlah calon jamaah haji pada 2018 sebanyak 574 orang. Mereka terbagi dalam dua Kelompok Terbang (Kloter) di embarkasi Mataram.
Menurut Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Lobar, melalui Kepala Sub Bagian TU Muhammad Iqbal, keberangkatan pertama CJH Lombok Barat akan diberangkatkan pada 21 Juli sebanyak 442 jamaah dan 3 orang petugas.
Calon jamaah haji di Lombok Barat menjalani ritual pelepasan haji pada Kamis (12/7) kemarin.
Ia mengatakan pelepasan dilakukan pada 20 Juli dengan shalat subuh bersama di Bencingah. Sebab, calon jamaah haji harus sudah ada di Asrama Haji pada pukul 07.30 WITA.
“Setelah pemeriksaan kesehatan dan pemberian kelengkapan lainnya, calon jamaah haji diharapkan bisa beristirahat karena mereka akan diberangkatkan menuju Madinah pada pukul 01.00 Wita," ujar Iqbal di Lombok Barat, NTB, Kamis (12/7) kemarin.
Sisa calon jamaah haji lainnya dimasukkan dalam Kloter Campuran. Sebanyak 132 calon jamaah haji Lobar digabungkan dengan calon jamaah haji dari Kabupaten Lombok Utara, Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Tengah untuk menenuhi kuota satu Kloter.
"Mereka dijadwalkan berangkat pada 29 Juli 2018 dan masih tetap terkategori sebagai jamaah haji Indonesia gelombang pertama," lanjutnya.
Gelombang terbang itu diberangkatkan dari Bandara Internasional Lombok menuju Bandara Internasional di Kota Madinah, Arab Saudi.