IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Sejak dibuka tanggal 17 Juli 2018 lalu, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah telah merawat sembilan pasien, lima diantaranya sudah kembali ke Kloter masing-masing. Salah satu pasien yang dirawat adalah jemaah yang mengalami luka melepuh pada kaki karena tidak pakai sendal saat keluar pondokan dan jamaah yang dirawat di ruang psikiatri.
Direktur KKHI Madinah dr. Muhammad Yanuar, Sp.P menyebutkan bahwa jamaah ini sendalnya dititipkan ke temannya saat ibadah di masjid Nabawi. Kemudian pada saat pulang yang bersangkutan tidak ketemu dengan temannya dan pulang ke pondokan tanpa alas kaki.
“Jemaah ini _nyeker_ (tidak beralas kaki), sehingga kakinya melepuh,” ungkap Yanuar.
Yanuar berpesan agar jamaah jangan menitipkan sendalnya ke teman. “Ini bisa jadi masalah. Jalan ke hotel tanpa alas kaki walaupun jaraknya dekat tapi itu sangat panas. Kaki bisa melepuh apalagi dengan kondisi pasien yang memiliki penyakit gula yang kakinya tidak merasakan panas namun ternyata kakinya melepuh,” tambahnya. Jamaah agar membawa sendalnya ke dalam masjid dengan menggunakan kantong plastik.
Sementara itu, di KKHI juga menangani pasien psikiatri akibat dehidrasi. Yanuar mengatakan, Tim Gerak Cepat menemukan jemaah tersebut sedang mengamuk di jalan. Kemudian tim TGC membawa ke KKHI. Setelah diinfus dan diberi obat, diketahui jemaah tersebut mengalami dehidrasi.
“Ini ciri khas orang yang mengalami dehidrasi. Seolah-olah mengalami gangguan jiwa, padahal karena kekurangan minum,” terang Yanuar.
Untuk itu, guna terhindar dari dehidrasi, Yanuar mengimbau jamaah untuk banyak minum.
“Orang Indonesia biasanya takut banyak minum karena takut buang air kecil. Padahal di masjid Nabawi banyak toilet dan jarak ke ke hotel pun dekat. Kecuali kita punya penyakit tertentu yang tidak boleh banyak minum,” ungkapnya.
Bila menemukan jamaah seperti ini, Yanuar menganjurkan agar jamaah dibawa ke KKHI atau ke RS Arab Saudi Al Anshor, yang jaraknya lebih dekat dari masjid Nabawi.
Untuk pasien yang dibawa k RSAS cukup menunjukkan gelang sebagai identias. Untuk itu Yanuar meminta agar jemaah jangan sampai bertukar gelang untuk kenang-kenangan.
“Identitas kita adalah gelang. Jangan sampai jamaah haji gelangnya ditukar, nanti bisa repot. Karena di gelang ada nama dan Kloternya. Ada jamaah yang saling bertukar gelang hanya karena ingin menyampaikan kenang-kenangan,” kata Yanuar.