IHRAM.CO.ID, Oleh: Erdy Nasrul dari Makkah, Arab Saudi
MAKKAH -- Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau jamaah tidak memforsir ibadah. Tenaga mereka hendaknya disimpan untuk puncak haji yang jauh lebih berat, yaitu wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan melontar di Mina (Armina).
Semua rangkaian ibadah itu membutuhkan kekuatan fisik karena dilakukan di area yang panas. Sementara, kondisi kebanyakan jamaah haji Indonesia adalah lanjut usia yang sebagiannya berisiko tinggi.
“Jangan sampai tenaga habis untuk melaksanakan yang afdhal, sementara yang wajib ditinggalkan,” kata Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Nizar Ali di kantor Daerah Kerja Makkah pada Sabtu malam (4/8).
Ibadah afdhal contohnya mencium hajar aswad. Ada ribuan orang mengantre mencium batu hitam tersebut. Mereka rela berdesak-desakan dan berada dalam kesulitan hanya untuk melaksanakan ibadah sunah itu.
Jamaah disarankan melaksanakan ibadah lainnya. Tidak perlu memaksakan diri mencium batu hitam tersebut karena membahayakan keselamatan. Tim Bimbingan Ibadah (Bimbad) harus menyampaikan imbauan semacam itu agar jamaah lebih memprioritaskan haji yang merupakan fokus utama berada di Tanah Suci.
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) harus memperhatikan saran tadi. Mereka harus lebih mengutamakan kemaslahatan bersama ketimbang mengejar ibadah sunah atau afdhaliyah.
“Pembimbing ibadah harus membangun komunikasi dengan mereka dan meyakinkan semua pihak untuk mengedepankan keabsahan, kesehatan, dan keselamatan,” kata Nizar.
Jamaah haji berebut mencium Hajar Aswad di Masjid al-Haram, Makkah.
Tim bimbad akan mengawal manasik haji jamaah. Mereka akan memastikan setiap orang melaksanakan rentetan ibadah tersebut dengan benar sehingga haji mereka sesuai aturan fikih.
Jumlah mereka kali ini ditambah. Pada tahun lalu mereka hanya dipusatkan di kantor daerah kerja (Daker). Mulai tahun ini mereka disebar di setiap sektor.
“Kami ingin jamaah memahami betul bagaimana melaksanakan haji,” kata
Jamaah haji terlihat antusias mengikuti program bimbad di hotel. Dalam kesempatan itu mereka mempertanyakan berbagai hal terkait haji yang belum terjawab selama mengikuti manasik di Tanah Air. Hal itu terjadi di Sektor 9 Misfalah. Antusias jamaah di sana begitu besar.
Meski acara sudah selesai, jamaah tampak antusias untuk berdialog nonformal bersama pembimbing ibadah di sana. Petugas menyampaikan pandangannya tentang seluk-beluk ibadah haji yang membutuhkan kekuatan fisik.
Program ini terjadwal di setiap sektor. Selain petugas sektor, tim bimbingan ibadah di kantor daker juga turun langsung menghadapi jamaah haji. Biasanya mereka menggelar pertemuan pada siang atau sore hari.
Materi bimbad tertulis. Jalannya program terekam dan dilaporkan. “Semuanya terdata. Ini kami maksudkan untuk meningkatkan kualitas ibadah haji,” kata Nizar.
Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daker Makkah Ansor Sanusi mengatakan materi bimbad banyak merujuk kepada buku Tuntunan Manasik Haji yang dikeluarkan Kementerian Agama. Di dalamnya terdapat pembahasan mengenai rentetan ibadah haji mulai pemberangkatan dari embarkasi hingga kepulangan ke Tanah Air.
Fikih haji juga dibahas di dalamnya berdasarkan pendapat para ulama. Tak hanya itu, catatan mengenai situs sejarah yang dikunjungi jamaah diungkapkam sedikit, yang menambah wawasan mereka tentang sejarah Tanah Suci.
“Setiap mengisi bimbingan ibadah, kami selalu mengimbau jamaah membaca kembali buku saku ini. bentuknya kecil dan sederhana. Mudah dipahami,” katanya.
Baca juga: Jamaah Haji Indonesia Diminta Jaga Kesehatan