Senin 06 Aug 2018 22:28 WIB

Kisah Nenek Tarijah Penjual Nasi Aking yang Pergi Haji

Penghasilan Tarijah tak tentu setiap hari.

Ribuan jamaah bertawaf di sekeliling Ka'bah, Senin (28/8)
Foto: Khalil Hamra/AP
Ribuan jamaah bertawaf di sekeliling Ka'bah, Senin (28/8)

IHRAM.CO.ID, SURABAYA -- Tarijah, asal Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, yang sehari-harinya berjualan nasi aking, Senin malam (6/8) berangkat untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah bersama Kelompok Terbang (Kloter) 59 Embarkasi Surabaya. Nenek berusia 73 tahun itu mengaku menabung bertahun-tahun demi mewujudkan impian menunaikan rukun Islam yang kelima.

"Saya punya keinginan naik haji sejak suami saya meninggal dunia karena sakit di 2003," katanya, saat ditemui di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menjelang keberangkatannya ke Tanah Suci.

Nenek yang kini tinggal bersama seorang cucunya itu tidak menyangka keinginannya selangkah lagi bisa terwujud. "Saya punya seorang anak, sudah meninggal dunia karena sakit strok. Dia meninggalkan seorang anak yang sampai sekarang hidup menemani saya," katanya.

Keseharian hidup nenek Tarijah tergolong pas-pasan. Rumah yang menjadi tempat tinggalnya terbilang sangat sederhana.

"Untuk memasak sehari-hari saja menggunakan tungku kayu bakar," ucapnya.

Sehari-harinya Tarijah bertahan hidup dengan berjualan nasi aking di Pasar Wage, Nganjuk. Jaraknya sekitar dua kilometer dari tempat tiggalnya.

"Ke pasar itu tiap hari saya jalan kaki, pulang-pergi," katanya.

Di lapak tempatnya berjualan, Tarijah juga menjajakan buku-buku dan koran bekas, selain kayu arang, dan botol bekas. Penghasilanya tidak tentu, kalau ramai bisa mencapai Rp 100 ribu. "Kalau sepi ya nggak dapat uang sama sekali," ujarnya.

Sedikit demi sedikit penghasilannya disisihkan untuk ditabung. Dia menyimpannya di bawah kasur tempat tidur kamar rumahnya. Kalau pergi berjualan, dia mengunci rapat-rapat pintu kamar rumahnya.

"Saya tidak tahu caranya meyimpan uang di bank," katanya.

Hingga uang tabungannya yang disimpan di bawah kasur terkumpul Rp 20 juta di 2010, Tarijah langsung membawanya untuk mendaftar haji. "Saat itu masih kurang Rp 5 juta. Saya berutang kepada seseorang untuk menutup kekurangannya. Saya cicil selama delapan tahun. Alhamdulillah sekarang sudah lunas semuanya," katanya.

Wajah Tarijah tampak berseri-seri saat ditemui di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, seakan tidak sabar untuk segera menginjakkan kaki di Tanah Suci. Sebentar lagi nenek penjual nasi aking itu menyandang gelar hajah, setelah selesai memenuhi rukun Islam kelima.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement