Senin 13 Aug 2018 13:00 WIB

Menengok Kejujuran Pekerja Mesir

Para pekerja dari Mesir itu terlihat bukan dari kaum berada.

Pekerja Mesir membantu jamaah haji Indonesia menaiki bus di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Sabtu (11/8). Ratusan pekerja tersebut bekerja di bandara-bandara Arab Saudi dengan harapan bisa ikut menunaikan haji.
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Pekerja Mesir membantu jamaah haji Indonesia menaiki bus di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Sabtu (11/8). Ratusan pekerja tersebut bekerja di bandara-bandara Arab Saudi dengan harapan bisa ikut menunaikan haji.

Laporan Wartawan Republika.co.id, Fitriyan Zamzami dari Jeddah, Arab Saudi

IHRAM.CO.ID, Yusuf Sayid Muhammad (40 tahun) tiba di markas Daker Bandara PPIH Arab Saudi, Jumat (10/8) siang. Ia sibuk bertanya kepada para petugas yang tengah bersiap menanti kedatangan jamaah Indonesia hari itu.

Tujuannya sederhana, ia menanyakan nasib uang senilai 1.500 riyal Arab Saudi yang ia serahkan sehari sebelumnya. Ia baru beranjak setelah petugas menjanjikan uang tersebut akan diupayakan betul agar kembali ke pemiliknya.

Yusuf adalah seorang sopir yang bekerja di salah satu perusahaan yang menyediakan jasa angkutan bagi jamaah haji Indonesia dari Bandara King Abdulaziz, Jeddah, ke Makkah. Salah satu rombongan ia antarakan ke Hotel Marwah di kawasan Aziziyah, Makkah, Kamis (9/8), sore.

Saat telah kembali ke Jeddah selepas Maghrib, seperti biasanya, Yusuf memeriksa busnya. “Saya temukan setelah Maghrib uang itu,” kata Yusuf kepada Republika.co.id, saat menceritakan kisah tersebut. Uang itu langsung ia serahkan kepada petugas Indonesia dengan dugaan bahwa barang tersebut milik jamaah haji Indonesia yang menaiki busnya ke Makkah.

Pelaksana Seksi Perlindungan Jamaah Daker Bandara, Maspilu, mengiyakan kisah Yusuf. Ia menuturkan, uang yang diantarkan Yusuf kemudian dititipkan ke kloter berikutnya yang berangkat ke Makkah. Selanjutnya, uang itu diantarkan ke hotel tempat pemiliknya menginap.

Yusuf tak sendirian. Maspilu menuturkan, pada Rabu (8/8), seorang sopir Mesir lainnya menyerahkan sebuah jam tangan yang tertinggal di busnya. Jam itu juga ditemukan dalam bus menuju Makkah dari Jeddah.

Sedangkan petugas pemeriksa keberangkatan Daker Bandara Endang Maman menuturkan, pernah juga ia diserahi uang dalam jumlah besar milik jamaah Indonesia yang ditemukan pekerja Mesir di Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, Madinah, pada masa kedatangan gelombang pertama lalu. “Memang jujur-jujur orangnya,” kata dia.

Melihat pembawaan dan pakaian kerja mereka, para pekerja dari Mesir itu terlihat bukan dari kaum berada. Datang dari Kairo maupun daerah-daerah pinggiran mereka adalah tulang punggung kerja bongkar muat di bandara-bandara Arab Saudi.

Harta jamaah yang kerap mereka temukan tercecer kerap bukan jumlah yang kecil buat mereka. Apa alasannya mereka hampir selalu mengembalikan temuan-temuan tersebut?

Muhammad Hassan (35) yang saya temui di Bandara Jeddah mungkin punya jawabannnya. Ia saya temui sedang membaca Alquran kecil di sela-sela menanti kedatangan barang-barang jamaah di Plaza D Bandara Jeddah, Ahad (12/8). Dengan isyarat, ia mengatakan bahwa mereka sedianya tak dibayar dengan jumlah uang yang banyak.

“Hajj…” kata dia melanjutkan. Maksud dia, bayaran utama yang mereka nantikan adalah izin melaksanakan ibadah haji saat nantinya kedatangan jamaah dari berbagai penjuru dunia di bandara pungkas.

Tak heran, jika ada imam di mushala bandara yang menyampaikan takziah soal haji selepas shalat wajib berjamaah, mereka akan mendekat dan mencuri-curi waktu meminta diajari tata cara berhaji yang benar. Buat mereka, agaknya kerja-kerja kasar tak lepas dari rangkaian ibadah menuju puncak haji nanti. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement