Selasa 14 Aug 2018 19:20 WIB

Jamaah Risti Terus Diedukasi

mencegah perburukkan pasien penyakit jentung dengan menghilangkan pencetusnya.

edukasi kesehatan haji.
Foto: Dok Kemenkes
edukasi kesehatan haji.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Direktur KKHI Makkah, dr. Nirwan Satria, Sp.An menyatakan bahwa dengan penyebab tertinggi kematian jamaah haji diakibatkan oleh penyakit jantung, maka dokter spesialis jantung (Sp.JP) KKHI Mekkah bersama Tim Promotif Preventif (TPP) melakukan edukasi kepada jamaah Risti penyakit jantung ke pondokan-pondokan.

"Ini salah satu upaya yang dilakukan oleh KKHI bersama TPP untuk mengedukasi jamaah agar jamaah berisiko tinggi (Risti) penyakit jantung tetap sehat jelang Armina", kata Nirwan.

Sampai dengan hari ke-27 (12/8) penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi, sebanyak 58 jamaah meninggal dengan penyebab terbanyak adalah penyakit jantung, yaitu mencapai 33 kasus atau 56,89%.

"Kita tentu tidak ingin jumlahnya bertambah terus. Oleh karenanya jamaah yang sudah memiliki risiko tinggi dan dibekali obat dari Indonesia, harus tetap minum obatnya," kata dr. Nirwan.

 

Hal senada disampaikan dr. Meity Ardiana, Sp.JP(K), yang bertugas di KKHI Makkah. Meity mengatakan penyakit jantung tidak bisa sembuh karena itu adalah penyakit kronis. "Yang penting adalah kondisinya stabil. Contohnya pasien hipertensi dia tidak sembuh tapi terkontrol dengan obat," jelasnya.

Menurut dr. Meity, kita dapat mencegah perburukkan pasien penyakit jentung dengan menghilangkan pencetusnya.

Baca Sebelumnya: Dua Masjid Suci Jalin Komunikasi

Ia menganjurkan, sebelum ke masjid jamaah harus memastikan bahwa perutnya sudah terisi. Bagi jamaah dengan penyakit jantung, jangan pernah keluar tanpa menggunakan APD dan jangan tanpa pendamping.

Jamaah haji ke sini (Makkah) tujuannya adalah untuk ibadah. jamaah dengan penyakit jantung tetap bisa ibadah namun tidak seperti jamaah yang sehat.

“Kita tahu bahwa untuk berangkat haji, kita menunggu lama. Ketika mendaftar dalam keadaan sehat, sekarang mungkin ada penyakit. Maka beribadah sesuai dengan kemampuan dan kondisinya," jelas dr. Meity.

Untuk membedakan antara jamaah Risti dengan yang tidak Risti, ditandai dengan gelang berwarna oranye atau buku KKJH berwarna oranye.

"Bagi jamaah yang pakai gelang berwarna oranye, harus memeriksakan diri ke dokter kloter 2 hari sekali. Apabila kondisinya sedang tidak nyaman dapat memeriksakan diri ke dokter kapan saja," jelas dr. Meity.

Kepada jamaah haji yang sudah dirawat di KKHI dan kembali ke pondokan, dr. Meity menganjurkan agar pasien selalu minum obat yang sudah diberikan dan batasi akivitas fisik.

"Saran ini tentu dikomunikasikan ke dokter kloter yang menjemput atau ke pendamping yang selama ini menemaninya. Jadi semata-mata untuk melakukan pengawasan agar pasien tidak jatuh ke perburukan kembali," kata dr. Meity.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement