Selasa 14 Aug 2018 20:16 WIB

Kisah Calon Profesor dari Jepang yang akan Berhaji

Dahlan Nariman, adalah WNI asal Lamongan yang tingal di Jepang sekitar 20 tahu lalu.

Dahlan Nariman (tengah) didampingi istrinya (kiri) saat tiba di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Senin (13/8). Ia bersama sejumlah jamaah lainnya merupakan WNI yang berangkat ke Tanah Suci dari Jepang.
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Dahlan Nariman (tengah) didampingi istrinya (kiri) saat tiba di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Senin (13/8). Ia bersama sejumlah jamaah lainnya merupakan WNI yang berangkat ke Tanah Suci dari Jepang.

Laporan Wartawan Republika.co.id, Fitriyan Zamzami dari Jeddah, Arab Saudi.

IHRAM.CO.ID, JEDDAH -- Pada masa-masai akhir kedatangan jamaah haji dari seluruh dunia, kian bayak bendera dari berbagai negara nampak di Bandara King Abdulaziz, Jeddah. Tak jarang di antara mereka ada yang dari wilayah-wilayah di mana Muslim merupakan minoritas seperti di Eropa dan Asia Timur.

 

Pada Senin (13/8) sore, nampak juga bendera Jepang. Kendati demikian, jamaah yang datang mengenakan bendera tersebut tak seluruhnya berciri wajah penduduk tempatan. Salah satunya, nampak benar ciri khas Melayunya.

Ia tiba di bandara dengan pakaian ihram yang sudah terpasang. “Saya memang aslinya dari Lamongan, Jawa Timur,” kata pria tersebut. Namanya Dahlan Nariman. Baru berada pada pertengahan dekade keempat usianya, ia berangkat disertai istrinya dari Jepang.

 

Nariman tiba di Jepang sekitar 20 tahun lalu untuk kuliah di Universitas Oita. Dia mengambil bidang teknologi informasi. Pada 2002, setelah menyelesaikan kuliah dan memeroleh gelar master, ia ditunjuk menjadi asisten teknis di Pusat Proses Informasi Universitas Oita. Dari situ, ia kemudian menjadi pengajar di Ritsumeikan Asia Pasific University hingga menjalani jenjang karir akademis sebagai associated profesor yang ia jalani hingga kini.

 

Dahlan menuturkan, ia berangkat didampingi istrinya beserta 50 orang lainnya menggunakan jasa salah satu travel wisata di Jepang. Total 150 orang dari Jepang diangkut perusahaan itu ke Tanah Suci tahun ini untuk melaksanakan ibadah haji. Menurut Dahlan, perusahaan yang ia gunakan jasanya merupakan satu dari dua travel wisata yang memberangkatkan haji dari Jepang.

 

Untuk berangkat ke Tanah Suci, ia membayar dengan mata uang lokal yang setara sekitar Rp 60 juta. Dengan biaya tersebut, ia akan menghabiskan tiga pekan di Tanah Suci. Tak seperti jamaah haji dari Tanah Air, seluruh peralatan ia biayai sendiri. “Katanya kami menginap di hotel dekat dari masjid. Hanya 10 menit jalan kaki dari masjidil Haram,” kata dia.

 

Bagaimanapun, Dahlan dan istrinya memuji banyaknya fasilitas haji Indonesia dengan biaya yang jauh lebih murah dan masa tinggal lebih lama. Ia mengatakan, mengikuti dari berita bahwa jamaah haji Indonesia mendapat banyak fasilitas perlengkapan haji oleh negara, juga paket katering yang lebih lengkap. “Melihat di berita-berita, jamaah haji Indonesia yang paling enak,” kata dia.

 

Dahlan bukan satu-satunya WNI yang tiba menggunakan kuota jamaah negara lain tahun ini. Sebelumnya, sebanyak 150 pekerja dan mahasiswa Indonesia juga berangkat dari Korea Selatan dan tiba pada Ahad (11/8). Sejumlah duta besar Indonesia untuk negara-negara tertentu juga datang ke Tanah Suci menggunakan jalur serupa. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement