Senin 20 Aug 2018 13:12 WIB

Jamaah Laksanakan Wukuf

Sebanyak 203 ribu jamaah Indonesia tersebar di 71 maktab.

Jamaah haji meninggalkan kota suci Makkah menuju Arafah, Ahad (19/8), untuk melaksanakan ibadah wukuf di Arafah pada hari ini, Senin (20/8).
Foto: AP/Dar Yasin
Jamaah haji meninggalkan kota suci Makkah menuju Arafah, Ahad (19/8), untuk melaksanakan ibadah wukuf di Arafah pada hari ini, Senin (20/8).

IHRAM.CO.ID, OLEH ERDY NASRUL dari Makkah

MAKKAH — Sekitar tiga juta jamaah haji Indonesia melaksanakan wukuf di Arafah pada Senin (20/8). Mereka memadati tenda-tenda yang disediakan pihak maktab yang merupakan perpanjangan tangan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Jamaah mendatangi Arafah sejak Ahad (19/8) pagi hingga Senin dinihari menumpangi bus yang disediakan asosiasi penyelenggara transportasi. Jamaah yang datang pada hari terakhir kebanyakan adalah mereka yang melaksanakan tarwiyah atau menginap di Mina sehari sebelum wukuf.

Sebanyak 203 ribu jamaah Indonesia tersebar di 71 maktab. Pada malam hari sebagian mereka tidur di luar tenda karena panas dan pengap di dalam tenda meski sudah dilengkapi kipas angin yang mengeluarkan uap air.

Fasilitas kamar mandi di sana sangat terbatas di setiap maktab. Setiap saat area tersebut dipenuhi jamaah yang mengantre untuk membersihkan badan sejak dinihari.

Prosesi wukuf berlangsung di tenda-tenda. Di sana jamaah berzikir dan berdoa mulai pukul 11.00 waktu setempat hingga matahari tenggelam. Di masjid semipermanen maktab 08, prosesi wukuf dilaksanakan dengan mendengarkan khotbah wukuf oleh Katib Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Staquf.

Masjid yang terletak di samping pos kesehatan Arafah itu dipadati jamaah yang tidak kebagian tenda. Mereka beristirahat di sana sejak ketibaan.

Kiai Staquf meyampaikan pesan perdamaian dari Arafah yang merupakan salah satu tanda haji mabrur. Dia menyitir sebuah hadis yang mengatakan haji yang baik adalah mereka yang memberi makan orang sekitar dan menyebarkan kedamaian (HR Ahmad).

Sementara itu Imam Masjid Nabawi Syekh Husain bin Abdul Aziz Alu Syekh menyampaikan khotbah Arafah yang disebarluaskan melalui radio setempat. Ceramahnya diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan empat bahasa lainnya. Inovasi ini merupakan pelayanan kepengurusan dan kepemimpinan dua Masjid al-Haram dan Masjid Nabawi yang dikepalai Syekh Abdurrahman as-Sudais.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Dr Eka Jusuf SIngka mengimbau jamaah mewaspadai sejumlah kerawanan selama wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan Mina (Armina), seperti panas ekstrem. Pada Ahad (19/8) siang panas di Arafah mencapai 45 derajat celsius. Tanah sekitar perkemahan di sana begitu panas jika diinjak kaki telanjang. Alas kaki yang terjemur di luar tenda pun terasa membakar kaki ketika dipakai.

Suhu pada pelaksanaan wukuf tak jauh berbeda, sekitar 45 derajat celsius. Temperatur kian menurun ketika mendekati sore hari.

Eka mengimbau jamaah lebih banyak menghabiskan waktu di dalam tenda, sebab suhu seperti itu dengan cepat mengakibatkan jamaah mengalami dehidrasi. Awalnya kepala akan terasa pusing, lambat laun kesadaran akan hilang.

Konsumsi cairan adalah kunci mengantisipasi gangguan kesehatan tadi. Mereka diharuskan menggunakan alat pelindung diri, seperti botol penyemprot air. Cairan di dalamnya dapat diminum dan disemprotkan ke wajah agar wajah tidak kering. Semprotan juga menyegarkan wajah yang selalu terpapar panas.

“Botol semprotan merupakan bagian dari alat pelindung diri (APD) yang merupakan pelayanan baru dalam penyelenggaraan haji tahun ini,” kata Eka.

Selain semprotan, APD juga termasuk bubuk oralit untuk mengantisipasi kekurangan cairan, payung, kacamata hitam, dan sendal. Jamaah dapat menghubungi petugas kesehatan terdekat untuk mendapatkannya.

Selain itu jamaah juga harus mendapatkan asupan gizi yang cukup dengan mengonsumsi makanan yang diberikan petugas katering. Makanan dimasak di dapur-dapur semi permanen. Distribusinya sempat terhambat pada Ahad akibat embusan angin kencang yang merusak sejumlah tenda sehingga mengganggu kenyamanan jamaah. Namun setelah angin kencang usai, distribusi makanan kembali lancar hingga akhir prosesi wukuf.

Selama prosesi Armina jamaah mendapatkan makan tiga kali sehari. Makanan dimasak seadanya di dapur semipermanen menggunakan kayu bakar. Setiap makanan mengandung 900-1.00 kilokalori.

Selesai melaksanakan wukuf, jamaah digerakkan ke Muzdalifah untuk mabit. Di sana mereka mendapatkan paket makanan seperti roti, kurma, dan minuman manis. Mabit dilaksanakan hingga hari berganti. Kemudian secara perlahan jamaah digerakkan ke Mina. Di sana mereka bermalam untuk melaksanakan lempar jumrah.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin berharap pelaksanaan haji tahun ini berjalan lancar. Meski ada insiden angin kencang, prosesi haji tidak mengalami hambatan. Semua rentetan haji diharapkannya berjalan. “Kami mohon doa dari semua pihak agar semuanya menjadi haji mabrur,” kata putra bungsu (alm) KH Saifudin Zuhri ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement