Selasa 21 Aug 2018 17:40 WIB

Banyak Jamaah Sakit di Mina

Dehidrasi paling banyak diderita jamaah akibat suhu di Mina yang panas.

Situasi di Pos Kesehatan Haji Indonesia pada Selasa (21/8) siang. Ramai jamaah haji Indonesia jatuh sakit akibat dehidrasi pada hari pertama lontar jumrah tersebut.
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Situasi di Pos Kesehatan Haji Indonesia pada Selasa (21/8) siang. Ramai jamaah haji Indonesia jatuh sakit akibat dehidrasi pada hari pertama lontar jumrah tersebut.

Laporan Wartawan Republika.co.id, Fitriyan Zamzami dari Makkah, Arab Saudi

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Pos Kesehatan Haji Indonesia (PKHI) di Mina mulai menerima aliran jamaah sakit yang kencang berdatangan sejak Selasa (21/8) dini hari. Dehidrasi paling banyak diderita jamaah akibat suhu di Mina yang memang tergolong panas hari itu.

Sejak mulai dioperasikan Senin (20/8), hingga pukul 23.00 waktu setempat, posko sudah kedatangan 14 jamaah. Jumlah itu terus meningkat secara drastis selepas kedatangan jamaah Indonesia dari Muzdalifah untuk melontar jumrah.

Hingga Selasa (21/8) pukul 12.49 waktu setempat, jamaah yang terdata dirawat mencapai 47 orang. Kendati demikian, akibat lekasnya kedatangan jamaah, yang belum terdata masih ada 58 orang. Dengan begitu, jumlah total pasien yang tengah dirawat mencapai 105 jamaah. “Memang hari pertama ini agak tinggi karena cuaca panas dan jamaah melontar di siang hari,” kata Kasi Kesehatan Daker Madinah yang bertugas di PKHI Mina, Indro Murwoko, Selasa (21/8).

Ia mengatakan, meski banyak jamaah yang masuk, mereka juga bisa lekas dikeluarkan. Hal ini karena kebanyakan yang dikeluhkan jamaah terkait dehidrasi yang bisa lekas dipulihkan dengan rehidrasi melalui infus atau cara-cara lainnya.

Ia mengatakan, harapannya pada hari kedua dan ketiga melontar jamaah yang jatuh sakit bisa berkurang. Hal ini karena nantinya jamaah sudah lebih sedikit, dan jamaah sudah mulai mengerti kondisi lapangan dan maktab masing-masing.

photo
Jamaah Indonesia mulai tiba di Mina untuk melaksanakan jamarat, Selasa (21/8). Mereka akan melaksanakan jumrah aqabah selepas melaksanakan wukuf di Arafah sehari sebelumnya.

Jamaah haji Indonesia mulai menyemuti Mina untuk bermabit dan melempar jumrah sejak Selasa (22/8) dini hari. Terlepas dari larangan melontar pada pagi hari, sebagian jamaah masih melakukan hal tersebut.

Sejak Selasa (22/8) dini hari, jamaah Indonesia yang telah menyelesaikan mabit di Muzdalifah langsung menuju kawasan jamarat untuk melempar jumrah aqabah. Aliran jamaah Indonesia menuju lokasi itu tak berhenti seiring jamaah-jamaah dari negara lain juga melaksanakan ritual tersebut.

Memasuki waktu duha, jamaah Indonesia masih nampak berjalan ke arah jamarat. Hal tersebut sedianya bertentangan dengan imbauan PPIH Arab Saudi yang memberi waktu pada siang hari untuk jamaah Indonesia melontar jumrah agar terhindar dari kepadatan.

Waktu-waktu tersebut dianggap sebagai waktu afdhol melontar jumrah. Kendati demikian, sebagian jamaah terpaksa berangkat karena mengejar waktu. "Bus kloter saya baru berangkat mau jam dua. Jalan dari maktab baru sampai di sini jam segini," kata Amsori (70 tahun) seorang jamaah dari Embarkasi Jakarta-Pondok Gede pada Senin (21/8) pagi.

Ia mengatakan, di jalan, bus juga terjebak antrean hingga baru bisa tiba di Mina selepas matahari naik. Karena itu, menghitung jarak perjalanan kaki yang tak bisa ditempuhnya dengan cepayt, ia baru tiba di jamarat menjelang pukul 08.00 waktu setempat.

photo
Jamaah Indonesia yang tersesat di antar petugas menggunakan kendaraan roda dua.

Jamaah Indonesia yang tersesat juga mulai menumpuk pagi itu. Supriyatin (60 tahun) seorang jamaah asal Medan salah satu yang tersesat. "Saya sudah jalan lima jam, tadi pagi terpisah dari rombongan," kata jamaah asal Medan tersebut di kantor Misi Haji Indonesia di Mina.

Di depan kantor Misi Haji Indonesia, para jamaah yang tersesat dan terlalu lemah untuk diantarakan atau terlalu jauh maktabnya nampak mengantre sambil duduk di pelataran. Sehubungan banyak jamaah tersesat sudah kesulitan berjalan, sebuah kendaraan roda dua merek Honda Super Cub keluaran 1970-an digunakan untuk mengantar jamaah-jamaah tersebut.

Menjelang siang, gelombang jamaah dari berbagai negara tak juga kian sedikit. Mereka mengenakan payung untuk melindungi diri dari sengatan matahari, dan berbaris menuju jamarat.

Jamaah-jamaah Asia dengan postur yang lebih kecil nampak bergerak perlahan. Sementara jamaah Turki dan Afrika nampak ingin lekas menuju jamarat. Tak jarang terdengar mereka bertakbir, bukannya bertalbiyah seperti yang disarankan, saat menuju Aqabah, tiang jamaarat paling akhir. “Bismilahi Allahu Akbar!” teriak mereka sembari melontar kerikil tujuh kali ke tiang yang dulunya merupakan lokasi Nabi Ibrahim menghalau setan yang menggodanya agar membatalkan pengorbanan Ismail tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement