Oleh: Erdy Nasrul dari Makkah, Arab Saudi
IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Pelayanan jamaah seperti bus shalat lima waktu (shalawat) kembali dinikmati jamaah haji. Mereka dapat menumpangi bus tersebut dari penginapan menuju Masjid al-Haram selama 24 jam.
Kepala Bidang Transportasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Subhan Cholid mengatakan layanan transportasi tersebut tak langsung berjalan normal. Sejak Sabtu (25/8) atau 14 Dzulhijjah bus Shalawat berfungsi lagi secara bertahap.
“Alhamdulillah, yang bermuara pada Terminal Syib Amir tak mengalami masalah berarti,” katanya pada Ahad (26/8).
Rute Ajyad juga sudah berjalan dari pemondokan ke terminal terdekat Masjid al-Haram. Jamaah dapat menumpanginya tanpa menghadapi kendala.
Subhan mengatakan, yang sempat menghadapi kendala adalah bus-bus yang bermuara di Bab Ali. Di saat bus rute Syib Amir dan Ajyad sudah beroperasi sehari setelah hari tasyrik mulai pagi hari, bus yang bermuara di Bab Ali belum berjalan. Penyebabnya adalah terowongan Mahbas Jin dan area terminal Bab Ali yang dipadati jamaah haji.
“Kalau bus sudah beroperasi di sana, maka kepadatan luar biasa akan terjadi. Hal ini akan berdampak pada kenyamanan dan keamanan jamaah," katanya.
Aparat pemerintah Saudi baru membuka akses menuju Bab Ali pada Sabtu (25/8) sore. Penghalang jalan dibuka dan kendaraan bermotor dapat langsung melintas menuju pemberhentian yang berdekatan dengan Pintu Marwah Masjid al-Haram.
Ada empat rute yang bermuara pada Terminal Bab Ali. Mereka adalah rute 1 Aziziah Janubiah-Jamarat, Rute 2 Aziziah Syimaliah 1-Jamarat, rute 3 Aziziah Syimaliah 2-Jamarat, rute 4: Jamarat-Mahbas Jin-Bab Ali.
Berikutnya adalah enam rute bus yang bermuara di Syib Amir: Rute 5 Syisyah-Syib Amir, rute 6 Syisyah Raudhah-Syib Amir, rute 7 Syisyah 1-Syib Amir, dan Rute 8 Syisyah 2-Syib Amir. Lainnya adalah rute 9 Raudhah-Syib Amir, dan rute 10 Biban Jarwal-Syib Amir.
Sisanya adalah bus-bus yang bermuara di Terminal Ajyad: rute 11 Misfallah Nakkasah-Ajyad dan rute 12 Rei Bakhsy-Ajyad. Rute terakhir merupakan kawasan yang baru dimanfaatkan untuk pemukiman jamaah haji Indonesia tahun ini. Sebagian pemukiman di sana ditempuh dengan jalur yang sedikit menanjak.
Ketua rombongan tiga kelompok terbang JKG 12 Ali Yasri kini dapat berziarah ke al-Haram lagi. Setelah menyelesaikan nafar awal, dia beristirahat dua hari di pemondokannya nomor 206, Syisyah. Kini dia ingin menghabiskan waktu beribadah di al-Haram bersama jamaah yang dipimpinnya. “Mumpung di Makkah, kita manfaatkan memburu 100 ribu pahala,” kata warga Jakarta ini.
Sejak datang ke Makkah pada awal Dzulhijjah, dia sering mengunjungi al-Haram untuk shalat berjamaah dan umrah. Rombongannya terdiri dari sejumlah jamaah berisiko tinggi. Biasanya dia mengantarkan jamaah tersebut melaksanakan umrah baik yang wajib mau pun sunah.
Bersama istrinya, Ali mendorong kursi roda jamaah yang sudah lanjut usia mengelilingi Ka’bah. Hal sama juga dia lakukan di area sa’i. “Lelah memang, tapi ikut bahagia melihat orang lain senang. Masya Allah,” kata Ali.
Sebelumnya, bus Shalawat berhenti mengangkut jamaah pada H-3 menjelang prosesi Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). Penghentian sementara dilakukan berdasarkan kebijakan Pemerintah Arab Saudi yang menutup banyak jalan, seperti sekitar area Jamarat.
Dampaknya adalah akses kendaraan bermotor menjadi padat di sekitar Mahbas Jin dan Masjid al-Haram. Di dua akses itu, kemacetan tak terhindari. Kendaraan bermotor mengular setiap saat. Saat itu, sebagian jamaah haji yang nekat mengunjungi Masjid al-Haram menumpangi taksi, tapi tak dapat mendekati tiga terminal pemberhentian tadi. Mereka terpaksa turun di tengah jalan dan berjalan kaki menuju al-Haram dengan jarak sekitar satu kilometer.
Sebanyak 394 bus shalawat dikonsentrasikan untuk mengangkut jamaah menuju Armina pada Ahad (19/8) sampai sehari kemudian. Proses pengangkutan pun diwarnai kemacetan luar biasa, karena 2,3 juta jamaah haji dari berbagai belahan dunia berkumpul di padang pertemuan Nabi Adam dan Hawa tersebut.
Ada dua hal terkait penyebutan bus shalawat. Pertama adalah karena bus tersebut dimanfaatkan jamaah untuk shalat lima waktu (shalawat) di Masjid al-Haram, tempat berlimpah pahala. Yang kedua, karena jamaah haji biasanya membaca shalawat sepanjang perjalanan dari hotel menuju masjid tempat para nabi berdoa itu.