Selasa 28 Aug 2018 16:56 WIB

Angka Kematian Jamaah Haji Turun

Istitha’ah kesehatan adalah awal keberhasilan penyelenggaraan haji.

Jamaah haji Indonesia mulai diterbangkan  pulang ke Tanah Air dari Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Senin (27/8) pagi. Sebanyak 6.000 jamaah akan dipulangkab pada hari pertama kepulangan tersebut.
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Jamaah haji Indonesia mulai diterbangkan pulang ke Tanah Air dari Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Senin (27/8) pagi. Sebanyak 6.000 jamaah akan dipulangkab pada hari pertama kepulangan tersebut.

Oleh: Erdy Nasrul dari Makkah, Arab Saudi

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) mencatat angka kematian jamaah haji tahun ini jauh menurun bila dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) terakhir, terdapat 188 orang jamaah Indonesia yang tutup usia.

Sedangkan tahun lalu, jumlah jamaah wafat mencapai 657 orang. “Seleksi di Tanah Air membuahkan hasil,” kata Kepala Daerah Kerja Makkah Endang Jumali di Syisyah pada Selasa (28/8).

Berdasarkan data siskohat, jamaah haji tahun ini didominasi mereka yang lanjut usia. Sebanyak 54.132 orang berumur 41-50 tahun. Sejumlah 71.871 orang berusia 51-60 tahun. Sedangkan yang berusia 61-70 tahun mencapai 41.534.

Ia bersyukur mayoritas jamaah haji dapat kembali ke kampung halaman. Kelak mereka akan berdakwah di masyarakat menyebarluaskan semangat haji yang inspiratif.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan sejak jauh hari berikhtiar untuk lebih ketat menyeleksi masyarakat yang akan berangkat ke haji. “Khususnya yang berisiko tinggi atau risti agar memenuhi istitha'ah,” katanya.

Dia menambahkan, penurunan angka kematian juga tak lepas dari peranan petugas haji yang tak henti bekerja sehingga jamaah haji terlayani. Petugas kesehatan selalu memberikan penyuluhan kepada jamaah haji. Tamu Allah diarahkan untuk menjalani pola hidup sehat dan mengonsumsi makanan yang higienis dan terjaga kualitasnya.

Lukman mengatakan akan mempertahankan ikhtiar tersebut sehingga pelaksanaan haji tahun depan menjadi lebih baik. Istitha’ah kesehatan menurutnya adalah awal keberhasilan penyelenggaraan haji.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Nizar Ali mengatakan masa kritis haji sudah dilalui, yaitu Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). Hingga saat ini tidak ada insiden berarti.

photo
Petugas kesehatan menangani jamaah yang menderita sakit di Mina.

Ia berterima kasih kepada semua pihak yang mendukung dan mengapresiasi penyelenggaraan haji sehingga jamaah dapat memenuhi kewajibannya yang dilaksanakan sekali seumur hidup.

“Mohon doanya agar semua jamaah dapat kembali ke Tanah Air dengan selamat dan mereka dapat berkontribusi bagi pembangunan bangsa. Insya Allah mereka menjadi haji mabrur,” kata Nizar.

Kementerian Kesehatan telah mengantisipasi risiko kesehatan jamaah haji Indonesia. Sebanyak 66 persen jamaah haji Indonesia adalah berisiko tinggi (risti), baik karena usia di atas 60 tahun maupun penyakit yang sudah diidap sejak di Indonesia.

Cuaca panas dan kelelahan berkontribusi besar dalam memicu kekambuhan dan menambah angka kesakitan. Banyak aktivitas ibadah yang dilakukan di udara terbuka dengan sinar matahari yang bersentuhan langsung dengan jamaah

Peran Kemenkes dimulai sejak jamaah ada di Tanah Air berupa pemeriksaan kesehatan dan pembinaan kesehatan. Jika kurang sehat, jamaah akan menjalani observasi, pengobatan, dan penyuluhan dengan menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Baca juga: Mencari Haji Mabrur

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement