OLEH: ERDY NASRUL dari Makkah
MAKKAH — Produk Indonesia mudah ditemukan di Pasar Kakiyah Makkah. Pedagang di sana menjual mie instan, minyak goreng (CPO), bumbu masak seperti cabai bubuk, kecap, saos botolan, dan terasi. Lainnya adalah mie telor, aneka minuman dan makanan ringan.
“Di Pasar Kakiyah ada beberapa toko yang menjual barang-barang kita,” kata Key Account Manager PT Syamil al-Katiri Abdul Halim saat dihubungi pada Kamis (6/9).
Salah satunya adalah Toko Puncak Sumatra yang dimiliki Adil Qasim. Lokasinya berada di ruko toko bahan pokok Kakiyah. Di dalamnya terdapat produk Indonesia tersebut.
Masyarakat setempat ramai mendatangi tempat jualan tadi untuk memborong produk Indonesia. Di antara mereka adalah warga Arab, keturunan Indonesia, dan warga Indonesia yang tinggal di Saudi (mukimin).
Tokonya akan ramai pemesanan menjelang musim haji. Perusahaan katering biasanya akan memborong kecap dari tempatnya hingga ribuan boks. Barang lainnya yang diburu perusahaan katering adalah kopi bungkusan dari berbagai merek khas Indonesia dan teh.
“90 persen komoditas di toko itu berasal dari Indonesia. Ini adalah whole seller yang memenuhi kebutuhan pedagang eceran dekat pemondokan jamaah Indonesia,” kata Halim.
Pada musim haji tahun ini pihaknya meraup omzet hingga 5 juta riyal (kurs 1 riyal sama dengan Rp 3.800. Setara dengan Rp 19 miliar). Produk yang paling laris adalah kecap, saos, bumbu, jus, dan rempah-rempah. Kecap di sana berasal dari pabrikan ternama di Indonesia, seperti ABC dan Indofood.
Sementara itu, Adil Qasim mengatakan, minyak goreng Indonesia sangat diminati, karena kualitasnya bagus. Kehalalan produk itu juga terjamin, sehingga masyarakat Saudi selalu membelinya untuk kebutuhan sehari-hari memasak lauk-pauk.
Masyarakat dapat membeli produk tersebut eceran dan grosiran. Jika berbelanja grosiran, pembeli akan menikmati beragam potongan harga. Toko-toko sekitar 164 hotel jamaah haji kerap mengambil barang darinya.
Mereka menjual lagi produk tersebut kepada para tamu Allah. Jamaah yang bosan dengan menu katering biasanya membeli mie instan baik yang dibungkus plastik maupun gelas stereofom. Makanan tersebut mereka seduh dengan air panas dan dibumbui. Setelah itu jamaah merasakan nikmatnya rasa khas mie instan yang biasa dinikmati di kampung halaman.