IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) memastikan bisnis ibadah umrah akan terimbas terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sebab, 95 persen komponen belanja penyelenggara ibadah umrah menggunakan dolar AS.
“Pertama pasti merasa, karena biaya kita hampir 95 persen komponennya dolar AS,” kata Sekjen Amphuri Firman M Nur kepada Republika.co.id, Kamis (6/9).
Bahkan, kendati pembelian tiket pesawat menggunakan rupiah, namun harga tiket pesawat sendiri, dipengaruhi fluktuasi dolar. Karena itu, Firman mengatakan, Amphuri tengah mengkaji ihwal apakah sebaiknya menjual paket umrah dalam bentuk dolar AS.
Sebab, pada awal musim ini, sudah ada patokan nilai tukar dolar AS sebesar Rp 14 ribu untuk penjualan paket umrah. Namun, nyatanya saat ini dolar AS sudah menyentuh angka Rp 15 ribu. “Kita mengkaji apakah mungkin menjual dalam bentuk dolar AS kembali seperti dua tahun lalu,” ujar dia.
Firman mengatakan penjualan paket umrah dalam bentuk dolar AS merupakan bentuk antisipasi terhadap fluktuasi dolar AS. Kendati ada kenaikan harga paket umrah, ia mengatakan ada tren peningkatan penjualan paket umrah pada 1439 H daripada 1438 H.
Apabila mengacu pada penetapan dolar, Firman menyebut paket umrah bisa dijual senilai 1.700 hingga 1.800 dolar AS. Ia berharap Bank Indonesia (BI) mengecualikan paket umrah untuk bisa dibayar dalam bentuk dolar AS.
Firman mengatakan, pada akhir September ini, gelombang keberangkatan umrah akan dimulai. Sebab, pemerintah Saudi membuka kesempatan pelaksanaan ibadah umrah lebih cepat dari sebelumnya. Sehingga, saat bulan Muharam, jamaah umrah sudah bisa diberangkatkan.
Terkait jamaah yang akan berangkat, Firman mengatakan mereka tetap membayar sesuai harga awal atau sebelum ada kenaikan nilai tukar rupiah. Namun, pemberangkatan selanjutnya akan disesuaikan dengan kurs baru. “Kita harap (kenaikan dolar AS, Red) tidak mengurangin antusiasme masyarakat untuk beribadah umrah,” tutur dia.