Jumat 07 Sep 2018 12:39 WIB

Peran Mahasiswa Membantu Tamu Allah

Mereka tak ragu mengulurkan bantuan untuk segala keperluan jamaah haji.

Farida Prima (kiri) mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo membantu jamaah membereskan barang jamaah sebelum bertolak ke Tanah Air Rabu (5/9). Sebanyak 125 mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Timur Tengah dikerahkan membantu jamaah haji tahun ini.
Foto: Fitriyan Zamzami/Republika
Farida Prima (kiri) mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo membantu jamaah membereskan barang jamaah sebelum bertolak ke Tanah Air Rabu (5/9). Sebanyak 125 mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Timur Tengah dikerahkan membantu jamaah haji tahun ini.

Laporan Wartawan Republika.co.id, Fitriyan Zamzami dari Jeddah, Arab Saudi.

IHRAM.CO.ID, JEDDAH -- Pelaksanaan pelayanan jamaah haji Indonesia tak lepas dari kerja-kerja para tenaga pendukung dari kalangan mahasiswa yang kuliah di Timur Tengah hingga Asia Selatan. Selain membantu komunikasi dengan pihak Arab Saudi, mereka juga melakukan kerja-kerja lain yang krusial buat kelancaran ibadah haji jamaah dari Tanah Air.

Pada Rabu (1/8) lalu di Bandara King Abdulaziz Jeddah, misalnya, seorang jamaah perempuan lansia asal Kloter 10 Embarkasi Lombok nampak dengan setia didampingi Nurul Husna, seorang mahasiswa S2 Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Sang jamaah yang terpisah dengan paspornya tersebut harus didampingi karena mulai menunjukkan gejala-gejala kebingungan di Bandara Jeddah.

Di Daker Bandara PPIH Arab Saudi, Husna yang merupakan sarjana syariah dan tengah mengambil spesialisasi fikih umum itu sedianya bertugas di Seksi Bimbingan Ibadah. Begitupun, ia tak ragu mengulurkan bantuan untuk segala keperluan jamaah, utamanya yang sudah lanjut usia.

“Ibu saya tahun ini daftar haji dan kemungkinan nanti berangkat saat usianya sudah 70 tahun. Makanya kalau lihat jamaah lansia saya bantu. Mudah-mudahan besok ibu saya juga dibantu orang,” kata gadis asal Medan Area, Kota Medan, Sumatra Utara tersebut saat ditemui Republika.co.id di Bandara Jeddah, pekan ini.

photo
 Sebanyak 125 mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Timur Tengah dikerahkan membantu jamaah haji tahun ini.

Ia mengisahkan, terdorong bersekolah di Mesir karena banyak gurunya merupakan alumni Al-Azhar. Selepas menyelesaikan SMA, putri mantan juru masak panti asuhan Alwastiyah di Medan Merdeka itu harus menempuh lagi tiga tahun sekolah di Madrasah Aliyah.

Ia mendaftar jadi petugas haji melalui KBRI untuk Mesir di Kairo. Upah menjadi tenaga pendukung yang sebelumnya disebut tenaga musiman (temus) ia syukuri karena bakal bisa menutupi biaya hidup dan menyewa kos-kosan di Mesir yang sebelumnya ia penuhi dengan mengajar dan berjualan gorengan. “Alhamdulillah, saya langsung sujud syukur waktu lolos jadi petugas,” kata dia.

Salah satu mahasiswa dari Mesir lainnya yang juga bertugas di Daker Bandara adalah Fahrizal Hidayat Hasibuan. Di Bandara Jeddah dan sebelumnya di Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, Madinah, Fahrizal bertugas memeriksa kedatangan dan keberangkatan bus pengangkut jamaah Indonesia. “Kita memastikan bus berapa yang sudah datang, sudah pas belum dengan jumlah jamaah,” kata Fahrizal yang tengah menyelesaikan S1 jurusan syariah di Universitas Al-Azhar tersebut.

Selain itu, pemuda asal Kisaran Timur, Kabupaten Asahan itu juga bertugas mengarahkan jamaah ke ruang tunggu dan mengawasi pendorongan koper jamaah agar sesuai rombongannya. Pada masa kedatangan, ia bertugas juga mengkomunikasikan dengan pihak penyedia jasa Arab Saudi soal kebutuhan bus sesuai jumlah jamaah yang tiba untuk diberangkatkan ke pemondokan masing-masing. Di sini, kemampuan berbahasa Arab-nya diandalkan.

photo
Sebanyak 125 mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Timur Tengah dikerahkan membantu jamaah haji tahun ini

Seperti Husna, ia juga mensyukuri upah jadi petugas haji. “Bisa setahun tak minta biaya dari orang tua. Sangat-sangat membantu, selain juga bisa berhaji,” kata putra seorang pengusaha bengkel di Asahan tersebut.

Selain Husna dan Fahrizal, sebanyak 20 tenaga pendukung dari kalangan mahasiswa diperbantukan di Daker Bandara. Selain dari Mesir, mereka juga berasal dari kampus-kampus di Arab Saudi, Yaman, Tunisia, hingga Pakistan. Syarat mereka diterima, tentunya harus mahir berbahasa Arab, mengetahui sisi ibadah dan pelayanan haji, serta lulus sejumlah tes lainnya.

Total sebanyak 125 mahasiswa direkrut sebagai tenaga pendukung tahun ini. Jumlah itu mengembalikan kuota yang sempat dipangkas menjadi 85 orang pada 2017.

Kadaker Bandara PPIH Arab Saudi, Arsyad Hidayat mengatakan, PPIH Arab Saudi terbantu dengan kehadiran tenaga pendukung mahasiswa tersebut. Utamanya, untuk mendukung hubungan dengan pelayanan haji Arab Saudi. “Kebutuhan kita akan mereka sangat tinggi,” kata dia.

Anggota Komisi VIII Hasan Amunudin sebelumnya juga menyatakan terkesan dengan kerja-kerja tenaga pendukung dari kalangN mahasiswa. Hal itu ia simpulkan dari pengamatan di Madinah, Makkah, Arafah, Muzdalifah, dan Mina. “Mereka membantu jamaah dengan sopan,” kata anggota Tim Pengawas Ibadah Haji itu di Makkah selepas puncak musim haji lalu.

Ia mengatakan, akan mengusulkan tenaga pendukung tersebut ditambah jumlahnya tahun depan. Hasan mengatakan, Komisi VIII juga siap menyetujui tambahan anggaran yang diajukan Kementerian Agama untuk mengupah para mahasiswa tersebut. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement