Rabu 12 Sep 2018 06:13 WIB

Kemenag Kaji Pemindahan Mina Jadid ke Hotel

Banyak penginapan di dekat Jamarat.

Suasana di kawasan jamarat, tempat jamaah haji melontar jumrah di Mina, Rabu (22/4).
Foto: AP/Dar Yasin
Suasana di kawasan jamarat, tempat jamaah haji melontar jumrah di Mina, Rabu (22/4).

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Kementerian Agama mengkaji pemindahan jamaah haji yang menginap di Mina Jadid ke hotel terdekat wilayah lempar jumrah Jamarat sehingga tidak ada jamaah yang berjalan terlalu jauh saat mabit dan jumrah.

"Saya kira itu sangat memungkinkan karena banyaknya rumah-rumah yang ada di dekat Jamarat," kata Kepala Daerah Kerja Mekkah Endang Jumali di Makkah, Selasa (11/9).

Mina Jadid memiliki jarak yang tergolong jauh bagi jamaah haji Indonesia, yaitu sekitar 12 kilometer pulang pergi. Jamaah yang masuk dalam kelompok Maktab 1-9 harus berjalan kaki dari tempat mabit di Mina Jadid ke Jamarat untuk lempar jumrah. Setelah itu mereka harus kembali lagi ke Mina Jadid dengan berjalan kaki.

Menurut dia, terdapat banyak penginapan dekat Jamarat sehingga bisa diupayakan agar jamaah yang seharusnya di Mina Jadid bisa tinggal di pemondokan untuk mabit dan lempar jumrah. Salah satu skema yang mungkin diterapkan, dibuat zona khusus jamaah haji Indonesia Maktab 1-9 agar bisa menginap di area Syisyah Raudhah dan sebagian Mahbas Jin. Dua kawasan tersebut berada di luar zona Mina.

Sedikitnya terdapat 27 ribu jamaah Indonesia yang dikelola Maktab 1-9. Jika mereka menginap di hotel terdekat Jamarat, Endang mengatakan harus dipikirkan juga bagaimana agar jamaah bisa tetap bisa mabit di Mina.

"Ini yang sedang kita kompromikan, bagaimana ada pergerakan dari jamaah tersebut, jadi misalkan yang dijadikan persoalan oleh pihak Saudi adalah berkumpulnya bukan bergeraknya," katanya.

Dengan titik berkumpul di satu lokasi akan terjadi kepadatan luar biasa dari 27 ribu jamaah. Persoalan tersebut harus dipikirkan jalan keluarnya. Dengan begitu, mabit jamaah bisa terpencar tidak dalam satu titik. Jika berada dalam satu lokasi mabit maka berpotensi terjadi berdesak-desakan yang luar biasa dan bisa membahayakan jamaah.

Jamaah sebaiknya dipecah titik konsentrasinya tetapi tetap diawasi oleh petugas haji Indonesia. "Sehingga pergerakannya dinamis jadi tidak ada perkumpulan. Bisa dibayangkan apabila ada 27 ribu jamaah berkumpul dalam satu titik. Jadi mabit bergerak tidak dalam posisi statis. Petugas nanti juga akan stand by di situ untuk mengawal jamaah, ada juga petugas katering petugas lainnya," katanya.

Endang mengatakan pemerintah Indonesia terus melakukan koordinasi dan komunikasi dengan otoritas Arab Saudi serta pihak terkait agar rencana itu bisa diterapkan demi kenyamanan jamaah haji Indonesia dalam berhaji.

Baca juga: Kemenag Pertimbangkan Penginapan Pengganti Mina Jadid

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement