IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat Ketua Sarikat Penyelenggara Umroh dan Haji Indonesia (Sapuhi) Syam Resfiadi menyarankan pihak travel umroh menyediakan variasi paket umrah. Ia menilai meski hingga kini lemahnya rupiah belum memberikan perubahan, namun dua hingga tiga bulan ke depan penurunan bisa saja terjadi.
"Dua atau tiga bulan lagi baru akan terlihat penurunan atau perubahan untuk biaya umrah. Untuk itu kita harus antisipasi dengan cara menurunkan harga produk dan memberi variasi," ujar Syam saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (13/9).
Pilihan produk yang harganya lebih murah dari biasanya dinilai akan menjaga jumlah masyarakat yang ingin beribadah umrah. Masyarakat jadi memiliki pilihan lain dan pertimbangan dibandingkan hanya menyediakan satu paket saja.
Selisih harga perpaket sendiri biasanya tidak banyak, yakni 500 hingga 1.000 dolar AS. Namun Syam juga mengingatkan rentang harga yang diberikan untuk tidak melampaui reverensi yang dikeluarkan pemerintah sebesar Rp 20 juta.
"Pasar yang minta harga kisaran Rp 20 juta itu banyak, luas. Biasanya untuk memberangkatkan keluarga, karyawan, atau orang terdekat. Jadi kita berikan variasi-variasi harga untuk mereka," lanjutnya.
Dengan variasi harga yang ada, ia menyebut perbedaan biasanya terletak pada tiga hal. Yaitu tiket pesawat, hotel, dan transportasi selama di Makkah dan Madinah. Hanya tiga hal ini yang bisa diubah sementara yang lain sudah ada standardnya sendiri.
Untuk tiket pesawat, jika ingin yang murah berarti harus membeli tiket dengan jalur transit. Sementara untuk hotel dipilih yang bintang lima skala lokal bukan internasional. Dan untuk bus sebagai transportasi darat, akan disiapkan bus produk Cina yang penting masih baru, bagus, dan tidak mogok.
Untuk makanan, Syam menyatakan hal tersebut sudah diatur oleh pihak hotel. Travel tidak memiliki kebijakan lebih untuk mengatur hal tersebut. "Kalau travel bertahan hanya memberi satu pilihan harga dan masih berharap jamaah banyak, ini repot. Agak berat. Lebih baik kita turunkan harga atau bikin variasi," ucapnya.
Syam pun menilai kenaikan harga mungkin bisa terjadi, mengingat untuk transaksi pun menggunakan mata uang asing seperti dolar dan riyal. Namun bukan berarti hal ini tidak bisa disiasati dan masyarakat masih bisa beribadah umrah dengan tenang.