Selasa 18 Sep 2018 18:52 WIB

Makkah Diprediksi Tingkatkan Mal untuk Penuhi Kebutuhan Haji

keberadaan pusat perbelanjaan diperkirakan meningkat sekitar 280 ribu hingga 338 ribu

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Andi Nur Aminah
 Kota Suci Makkah, Arab Saudi.
Foto: REUTERS/Muhammad Hamed/ca
Kota Suci Makkah, Arab Saudi.

IHRAM.CO.ID, DUBAI -- Kota suci Makkah mempersiapkan peningkatan tajam jumlah mal ritel dan gerai untuk memenuhi proyeksi kebutuhan jamaah haji. Saudi memperkirakan peningkatan 200 persen jamaah haji pada 2030.

Dilansir di Arab News pada Selasa (18/9), keberadaan pusat perbelanjaan diperkirakan meningkat sekitar 280 ribu hingga 338 ribu meter persegi pada 2020 dan menjadi 804 ribu meter persegi pada 2025. Menurut penelitian baru yang diterbitkan perusahaan penasehat real estate Colliers International, ada peningkatan hampir 200 persen pengunjung internasional di Makkah.

Direktur pengatur Colliers International KSA Imad Damrah mengatakan, Makkah mengalami tahap pengembangan strategis untuk meningkatkan konektivitas, kapasitas, dan pengalaman jamaah umrah dan haji selama tinggal di Tanah Suci. Saat ini, ada beberapa proyek infrastruktur dan transportasi strategis, termasuk Ekspansi Haram Suci, Kereta Api Kecepatan Tinggi Haramain, dan Bandara Internasional King Abdulaziz.

Sayangnya, sektor ritel Kota Suci belum dimanfaatkan. Padahal, sektor tersebut menawarkan potensi besar bagi investor.

Saat ini, Makkah memiliki pusat perbelanjaan 140 meter persegi per 1.000 orang. Luas itu lebih rendah dari kota-kota utama lainnya. Mengingat, Kota Suci dikunjungi sekitar 8,5 juta jamaah internasional pada 2017 (terdiri atas 6,8 juta jamaah umrah dan 1,7 juta jamaah haji).

Damrah mengatakan, Makkah memiliki tingkat kepadatan pusat perbelanjaan yang lebih rendah daripada Madinah. Padahal, Makkah memiliki basis populasi yang lebih besar, jumlah kunjungan yang lebih tinggi dari jamaah internasional, dan berbagi demografi dan tingkat pendapatan yang sama.

“Pasar Makkah masih baru dan tertinggal, menunjukkan ada potensi yang belum dimanfaatkan untuk pengembangan pusat perbelanjaan atau kondisi pasar yang menantang untuk mendukung pertumbuhan pasokan,” kata Damrah.

Damrah mengatakan campuran penyewa terbesar di mal masih fokus pada mode (51 persen), kesehatan dan kecantikan (delapan persen), dan hiburan (12 persen). Tidak adanya regenerasi merek baru, memperparah kualitas hiburan yang tak pernah berubah. Kondisi itu yang memotivasi penduduk Makkah untuk berbelanja dan berburu makanan di Jeddah.

Sekitar 77 persen dari pasokan ritel Makkah terfragmentasi terdiri atas toko-toko tradisional dan daring. Sedangkan ruang pamer dan toko ritel yang terorganisir, misalnya pusat perbelanjaan, menyumbang 23 persen sisanya.

Damrah tak menampik, ada tantangan yang dihadapi investasi di Makkah. Seperti, kekurangan lahan yang cocok, harga tanah yang tinggi, biaya infrastruktur yang tinggi, preferensi yang ada dari penduduk untuk berbelanja di Jeddah, penyelesaian proyek-proyek infrastruktur besar, dan peningkatan yang diproyeksikan populasi Makkah sebesar 25 persen selama 15 tahun. Kendati demikian, ia memastikan Kota Suci adalah tempat yang bagus untuk berinvestasi.

Pengembang dan pengecer menyoroti beberapa perkembangan ritel utama, termasuk fase yang tersisa dari Jabal Omar yang merupakan pusat perbelanjaan di King Abdul Aziz Road Development, Muzdifah Mall oleh Al-Hokair Group, dan Abraj Kudai yakni sebuah hotel yang sedang dibangun di Makkah.

Laporan Colliers menyoroti, sepertiga dari pengunjung yang melakukan ibadah haji adalah jamaah domestik dan Dewan Kerja sama Teluk (GCC) dengan daya beli tinggi. Namun, Damrah memeringatkan perkembangan belanja masa depan perlu menawarkan lebih banyak keragaman untuk bersaing dengan kota-kota lain di kerajaan, seperti Jeddah, Kota Raja Abdullah Economic, dan Madinah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement