Jumat 21 Sep 2018 07:33 WIB

Ustaz,Kiai, Haji: Sebutan di Persia, Pakistan, dan Indonesia

Panggilan ustaz dan kiai lazim pada sosok yang dimuliakan.

Rep: muhammad subarkah/ Red: Muhammad Subarkah
Ustaz Abdul Somad  saat menyampaikan ceramah di Masjid Baitussalam, Serpong, Tangerang, Rabu (11/7).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ustaz Abdul Somad saat menyampaikan ceramah di Masjid Baitussalam, Serpong, Tangerang, Rabu (11/7).

Sastrawan dan Guru Besar Falsafah Kebudayaan Islam Universitas Paramadina, Prof DR Abdul Hadi WM, mengatakan, di banyak wilayah kata ustaz dan kiai sudah akrab dipanggil sebagai sebutan untuk orang yang terhormat. Namun, kalau secara detil dikaji panggian ini unik. Sebab, ternyata tak terbatas kepada sosok pengajar atau orang yang paham secara keagamaan Islam saja, seperti  dalam pemahaman yang lazim di Indonesia.

‘’Bahkan di Persia  pada zaman dahulu (Iran, sekarang) pelukis dan seniman kaligrafi sering dipanggil ustaz. Hal yang sama juga terjadi di Pakistan. Penyanyi dan musikus sufi juga dipanggiil ustaz,’’ kata Abdul Hadi WM, di Jakarta (21/9).

Bukan hanya itu, lanjut Abdul Hadi, dalam bahasa Inggris kedudukan ustaz sama dengan 'master’. Mereka di sapa begitu sebagai orang yang melahirkan karya-karya yang bermutu  atau karya ‘masterpice’.

Salah satu contohnya adalah seniman dan penyanyi sangat kondang di Paskitan, yakni Nusrat Fateh Ali Khan. Dia di kalangan orang Pakistan dipanggil ustaz. Apalagi nyanyian Qawali yang dibawakannya, lazim pula atau akrab di kalangan penganut tarikat sufi. Namanya pun akui kalangan musik dunia. Nusrat pernah konser di Wembley, Inggris. Dan pernah berkolaborasi dan mengeluarkan album dengan dedengkot musik Genesis, Peter Gabriel. (Lihat perbandingan dua video di tulisan ini ketika Nusrat Fateh Ali Khan bernyanyi sufistik Qawali dengan lagu Afreen dan ketika berkolaborasi bersama Peter Gabriel dengan karya musik Art Rock yang melegenda: lagu berjudul 'Kashmir')

“Seniman musik di Pakistan memanggil 'master Nusrat' atau 'Ustaz Nusrat'. Selain itu mereka yang dipanggil ustaz di negara lain juga melahirkan beberapa karya gemilang cabang ilmu agama seperti tasawuf, ilmu kalam, dan falsafah. Di Persia misalnya ada pelukis legendaris yang dipanggil ustaz, yakni Ustaz Kamal ud Din Bihzad,’’ ujarnya.

Khusus di Indonesia, kata Abdul Hadi, beberapa orang yang pengetahuan agamanya sebenarnya belum sekeranjang penuh, karena sering tampil layar TV dan publik, sering dengan mudahnya dipanggil pula ustaz. “Padahal pengetahuan mereka hanya secuil, misalnya dibandingkan pengetahuan Ustaz Abdul Somad atau KH Mustofa Bisri,’’ katanya.

Bahkan, seperti pengakuan pakar hukum perdata internasional dan mantan Rektor UII, DR Nandang Sutrisno, ketika memberikan ceramah di berbagai negara, dia lazim dipanggil ustaz. Selidik punya selidik kemudian dia baru tahu sebutan usta itu sebuah gelar kehormatan bagi orang mulia dan berilmu.

"Saya pergi ke Turki, di Bilgi University saya dipanggil ustaz. Demikian juga ketika ceramah ilmiah di Saudi, di Azerbaijan, dan berbagai negara  lain pun sama. Uztaz ternyata panggi;an kehormatan bagi orang yang dianggap berilmu,'' katanya.

photo
Karya pelukis legendaris Persia, Kamal ud Din Bihzad. (wikipedia)

Bagaimana dengan sebutan kiai yang populer dan lazim di Indonesia? Abdul Hadi menjawab itu merupakan panggilan kultural. Dalam budaya Jawa sebutan kiai tersebut adalah untuk menyebut sosok yang dihormati atau dimuliakan. Dan peruntukan panggilan itu biasa disematkan kepada manusia, benda pusaka (magus) seperti hewan (ada kerbau kyai Slamet), keris (kiai Sengkelat, kyai Joko Piturun), tempat (Kiai Merapi), gamelan (kiai guntur madu), kereta (Kiai Garuda Yeksa), dan lainnya. Ki untuk sebutan laki-laki, 'Nyi' untuk sebutan perempuan. Sedangkan 'yayi' (bisa dari kata keluarga raja, bangsawan, orang terhormat, sosok atau benda keramat).

“Jadi kiai panggilan kultural tak sebatas hanya dalam kaitannya dengan agama (fikih) semata. Lagi pula di Indonesia juga ada sebutan yang sejenis dengan kiai, yakni Jawa Barat  (budaya Sunda) ada panggilan ajengan. Di Sumatra Barat (budaya Minangkabau) ada panggilan buya). Di Lombok) ada panggilan tuan guru, Di Betawi dulu ada panggilan engku, di komunitas Arab di Indonesia ada panggilan Habib,’’ tegasnya.

Dan sama saja sebutan ustaz dan kiai,masih ada gelar lain yang juga penting disebut, Hal itu adalah sebutan 'haji'. Dan bila direnungkan, panggilan atau gelar 'haji' juga tak lazim ada di negara Pakistan dan Persia, Turki, Inggris, atau lainnya itu.Bagi masyakat muslim di sana orang yang sudah pernah berhaji, tidak mendapat sapaan dengan bapak haji atau ibu hajjah.

Nah, gelaran ini haji di kenal di Tanah Melayu, khususnya Indonesia. Gelar ini juga dipandang sebagai sebutan terhormat, karena di masa lalu hanya utusan raja, tokoh masyarakat, orang kaya yang beriman dan dalam ilmunya yang menunaikan rukun Islam yang kelima itu. Jadi orang yang naik haji bukan orang sembarangan (orang yang sudah paripurna).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement